Orang-orang Mesir Kuno amat mencintai kucing, seperti mereka mencintai diri mereka sendiri. Jadi, pada masa itu jangan coba-coba menyakiti kucing kalau tida ingin ditikam sampai mati oleh penjaga. Pun jika ada bangunan yang terbakar, maka mereka akan menyelamatkan kucing terlebih dahulu sebelum memadamkan api. Saat kucing peliharaan mati, pemiliknya akan mencukur alis mereka sebagai tanda berduka. Lebih dari itu, bagi Mesir kuno kucing adalah salah satu dewa yang paling kuat dan pendendam. Salah dewa mereka, Bastet, mengambil bentuk kucing.
Menyadari kecintaan orang-orang Mesir kuno akan kucing, maka Raja Persia, Cambyses II, sebelum Pertempuran Pelusium, menghiasi perisai para prajuritnya dengan gambar kucing. Tidak hanya itu, Cambyses II juga membawa pasukan kucing. Strategi itu dipakai dengan asumsi tentara-tentara Mesir kuno akan takut merugikan citra kucing; tentara Mesir kuno secara naluriah akan melindungi kucing dalam peperangan di mana mereka lebih baik ditusuk ketimbang kucing yang mati.
Luar biasa. Taktik konyol tersebut benar-benar bekerja. Mesir sangat takut memukul salah satu kucing atau bahkan mencolok gambar kucing di perisai tentara-tentara Persia. Mereka lebih baik menyerah di tempat atau ditebas.
Setelah kemenangannya, Cambyses II menangkapi sisa-sisa tentara Mesir dengan satu alasan: menyembah Bastet a.k.a dewa kucing yang dianggap sebagai dewa bodoh oleh Cambyses II. Cambyses II lalu mengumpulkan ratusan kucing dan kemudian menghabiskan beberapa jam dengan melemparkan kucing-kucing itu ke wajah tentara-tentara Mesir kuno.
No comments :
Post a Comment