2.16.2016

Rahasia Samurai Membantu Tugas Polisi

Sebuah buku abad 19 yang baru diterjemahkan, ditulis oleh samurai, menjelaskan teknik seni bela diri yang dirancang untuk membantu tugas polisi pada saat itu. Teknik itu termasuk bagaimana cara mengikat tersangka dengan menggunakan kertas tali dan teknik yang memungkinkan petugas untuk mengalahkan tersangka tanpa membunuh mereka.
Buku yang berisi petunjuk bergambar itu diterbitkan pada tahun 1888 ketika kelas samurai telah kehilangan banyak hak istimewa dan sekolah seni bela diri yang secara resmi mengajarkan samurai bersedia membocorkan rahasia mereka.
Buku ini melukiskan keahlian dari 16 sekolah seni bela diri yang beroperasi di Jepang pada tahun 1888. Tetsutaro Hisatomi, penulis sekaligus samurai, sebagaimana diterjemahkan oleh Eric Shahan, mengatakan bahwa setiap sekolah mengungkapkan rahasia batin dan menunjukkan keahlian mereka. Teknik-teknik yang dianggap bermanfaat bagi polisi dimasukkan ke dalam buku ini di mana teknik-teknik tersebut dijuluki 'Kenpo' (baku hantam).

Pada awal buku ini, seorang samurai bernama Ohara Shigeya mendesak mereka yang sedang belajar untuk menjadi polisi menggunakan teknik tanpa menyebabkan kerusakan yang tidak perlu. "Anugerah yang diberikan surga kepada kami tidak boleh disia-siakan atau digunakan sembarangan," tulis Shigeya. "Hidup ini berharga. Orang harus berjalan di jalan amal dan kebajikan. Kejahatan harus dibenci, bukan orangnya. Semuanya harus berdasarkan hukum." Pada tahun 1868, Shogun Jepang (penguasa keturunan) digulingkan dan pemerintah Jepang menjadi terpusat di bawah kaisar dalam peristiwa yang dikenal sebagai Restorasi Meiji. Serangkaian reformasi militer yang diikuti restorasi yang juga mengakibatkan kelas samurai secara bertahap kehilangan hak-hak istimewanya.

"Kenpo dengan langkah-langkah seperti dalam ilustrasi tidak benar-benar diketahui sampai setelah Restorasi Meiji. Mereka dibuat untuk menanggapi menurunnya minat dalam seni bela diri," kata Shahan seperti dikutip livescience. "Beberapa kelompok mulai mempublikasikan informasi yang bisa diakses oleh masyarakat umum. Semua adalah upaya untuk mendorong masyarakat mengetahui manfaat dari pelatihan seni bela diri."
Buku ini berisi beberapa teknik untuk mencegah penyerang merampas pedang polisi. Dalam buku tersebut, polisi tidak pernah menggunakan pedang untuk menghajar tersangka, tetapi menggunakan berbagai teknik menangkis, menahan, memukul dan melempar untuk menghentikan tersangka tanpa membunuhnya.
 
Hisatomi menyoroti pentingnya pernapasan yang benar dan postur; kekuatan berasal dari perut, bukan dada. Hisatomi juga menekankan teknik tali pengikat yang disebut “hojo.” Ia mencatat bahwa penting bagi seorang polisi untuk membawa tali yang cukup saat bertugas. Namun bila petugas tidak memiliki tali yang cukup atau lupa untuk membawanya, Hisatomi menulis bahwa seseorang harus mengikat dua jari tengah dengan simpul ganda menggunakan "motoyui" atau "kamiyori." Keduanya adalah jenis dari tali kertas.

Selain pertempuran dan teknik tali pengikat, ada bagian yang disebut "kappo," yaitu teknik resusitasi. Ini bisa membantu polisi menyembuhkan orang-orang yang mengalami kecelakaan, seperti hampir tenggelam atau jatuh dari gerobak. "Secara tradisional, cara ini dirahasiakan oleh berbagai 'ryuha' (sekolah seni bela diri)," tulis Hisatomi. Salah satu teknik kappo, yang disebut "tanyu," dapat diterapkan pada orang yang telah yang hampir tenggelam," tulis Hisatomi.

No comments :

Post a Comment