2.17.2016

Membuka Lembaran Sejarah Sapu Tangan

Apakah anda tahu bahwa sapu tangan yang kita kenal sekarang telah ada selama ratusan tahun? Menariknya, sapu tangan bukan hanya untuk mengelap minyak di wajah ataupun untuk menutup hidung di kala bersin, tetapi juga pernah sebagai tanda kekayaan. Ada banyak fakta tentang sejarah sapu tangan, jadi data yang kami rangkum dari handkerchiefheroes.com dan telfast.com.au belum tentu sepenuhnya akurat, meskipun tetap menarik!
Sapu Tangan Dinasti Chou
1000 SM-200 SM: Pada masa sejauh dinasti Chou, sapu tangan digunakan untuk melindungi kepala seseorang dari matahari. Dibuktikan dengan ditemukannya patung yang menunjukkan figur memegang potongan kain dekoratif.
200 SM-3 M: Bukti tertulis paling awal tentang sapu tangan berasal dari penyair Romawi, Catullus, pada abad I1 M. Sapu tangan pada masa itu rupanya disebut "sudarium" (berasal dari kata sudor yang berarti berkeringat) dan digunakan untuk melindungi wajah atau mulut serta menyeka keringat dari alis seseorang. Pertandingan-pertandingan di Romawi juga dimulai dengan menjatuhkan sapu tangan wanita, sementara para penonton melambaikan tangan mereka untuk menunjukkan penghargaan. Sedangkan di Yunani Kuno, ada juga referensi yang mengatakan sapu tangan digunakan sebagai kain katun wangi.
Abad 14-15: Pedagang Eropa yang pulang dari Cina membawa sejumlah besar kain penutup kepala petani, yang oleh orang-orang Eropa kemudian dijadikan sebagai aksesori fashion. Potret-potret Renaissance menunjukkan laki-laki dan perempuan memegang sapu tangan bersulam dan berenda. Sapu tangan digunakan di seluruh Perancis, Italia dan Inggris oleh para bangsawan. Biasanya terbuat dari sutra halus dengan renda indah dalam berbagai bentuk. Di Prancis sapu tangan dikenal sebagai "pleuvoir" (berasal dari kata pleur yang berarti hujan, air mata atau menangis), di Inggris itu disebut "hand coverchief" dan di Italia dimasukkan ke dalam mahar pernikahan. Sedangkan sapu tangan untuk anak-anak, yang digunakan untuk menyeka hidung meler dan wajah mereka, disebut "muckinders."
Sapu Tangan Ratu
Abad 16: Ratu Elizabeth adalah seorang penggemar sapu tangan mewah yang dibordir dengan benang emas dan perak. Saat itu sapu tangan populer sebagai bentuk godaan dan diberikan sebagai bentuk kekaguman.
Sapu Tangan Shakespeare
Abad 17: Sapu tangan muncul dalam drama Shakespeare, Cymbeline, As You Like It dan Othello, di mana kesalahpahaman atas saputangan menyebabkan Othello untuk membunuh istrinya dan kemudian membunuh dirinya sendiri. Di Persia, sapu tangan dianggap sebagai tanda kebangsawanan dan diperuntukkan bagi raja. Bangsawan yang duduk untuk dipotret meminta sapu tangan mereka dimasukkan dalam gambar, semakin banyak, semakin menunjukkan status dan posisi mereka.
Abad 18: Legenda mengatakan bahwa Marie Antoinette berpikir bahwa saputangan berbentuk bujur sangkar lebih estetis sehingga suaminya Raja Louis XVI memerintahkan semua sapu tangan harus memiliki panjang dan lebar yang sama.
Sapu Tangan warna-warni
Awal abad 20: Selama masa depresi, saputangan itu satu-satunya "mode" di mana seorang wanita dapat mengubah pakaiannya dengan memperbarui sapu tangannya. Di mana-mana tampak sapu tangan mengintip dari kantong payudara atau menutupi sabuk sebagai aksesori fashion. Pun tidak ada pria yang terlihat tanpa sapu tangan sutra, linen atau katun di saku dada kiri jasnya. Produsen seperti Burmel dan Kimball mengiklankan saputangan di majalah Vogue. Sapu tangan pada masa itu juga semakin variatif warna dan gambarnya. Ada sapu tangan untuk merayakan liburan, ulang tahun dan banyak lagi. Beberapa tahun setelah perang, setelah busana mulai hidup kembali, Balmain, Dior, Rochas dan desainer lainnya memanfaatkan sapu tangan sebagai sentuhan akhir untuk haute couture mereka.
1930 dan seterusnya: Ini adalah hari yang menyedihkan bagi sapu tangan ketika tisu diciptakan sehingga banyak orang meninggalkan sapu tangan.
Abad 21 dan seterusnya: Sapu tangan kembali mendapat tempatnya. Meningkat polusi membuat orang-orang ramai-ramai menutup mulut dan hidung mereka, salah satunya dengan sapu tangan.

No comments :

Post a Comment