11.11.2012

Asal-usul Payung Cocktail

Siapa pun yang pernah memesan koktail tropis atau berbasis buah, terutama di sebuah bar bergaya Polinesia, kemungkinan besar akan diberi hiasan kertas menyerupai paying kecil yang dikenal sebagai payung koktail. Sebuah payung koktail umumnya terbuat dari potongan kayu atau bambu kecil semacam tusuk sate, rusuk dari kertas kadus dan sepotong kertas warna-warni khas Jepang.
Percaya atau tidak, payung koktail memang memiliki setidaknya satu fungsi praktis: memperlambat pencairan es batu. Selain itu, ada juga yang mengatakan bahwa payung koktail dapat menjebak molekul alkohol saat menguap.
Asal-usul payung koktail memang agak misterius. Tetapi, beberapa telah berteori bahwa payung kecil ini mungkin telah diciptakan oleh penduduk asli Polinesia  sebagai hadiah simbolis kepada para dewa. Adapun penggunaannya untuk melindungi minuman beralkohol mungkin telah dimulai ketika penduduk asli Polinesia  menyambut kedatangan kapten-kapten asing dan awak mereka.
Menurut rumor, payung koktail pertama digunakan untuk tujuan dekoratif muncul di sebuah klub malam tropis bertema legendaris yang disebut Trader Vic pada tahun 1932. Pemilik Trader Vic, mengklaim bahwa dirinya mengkooptasi ide dari bar Polinesia sebelumnya, yaitu Beachcomber Ed. Dari awal yang eksotis inilah, payung koktail menyebar ke berbagai titik, terutama di tepian pantai dan kolam renang hotel. Munculnya payung koktail dan hiasan rumit lainnya bertepatan dengan lonjakan popularitas koktail di kalangan pelanggan wanita.
Sebagian besar payung kertas komersial diproduksi di negara-negara Asia. Sementara kertas seni Jepang sering digunakan untuk kanopi payung koktail di mana produsen sering menggunakan surat kabar Cina sebagai bahan dasar yeng berharga murah. Praktek ini telah menciptakan sebuah legenda urban tentang pesan-pesan tersembunyi yang ditempatkan pada payung koktail. Sayangnya, payung koktail kebanyakan hanya berisi fragmen laporan cuaca Cina atau barang-barang duniawi lainnya, kata-kata tidak inspirasional atau mistik kebijaksanaan.

No comments:

Post a Comment