Dalam film-film action, dog tag menjadi bagian tak terpisahkan dari penampilan seorang tentara. Pun pada kenyataannya memang demikian. Beberapa kesatuan militer di beberapa negara, seperti Amerika Serikat, Rusia dan Jerman, juga memakainya. Dog Tag adalah liontin atau bandul yang biasanya dipakai sebagai kalung oleh anggota militer. Bentuknya berupa lempengan pipih.
Perang Sipil [1861-1865] tercatat sebagai insiden pertama di mana tentara Amerika berupaya untuk memastikan identitas mereka bisa dikenali ketika mereka tewas di medan perang. Metodenya bervariasi, tergantung inisiatif masing-masing prajurit. Tahun 1863, sebelum pertempuran Mine's Run di Virginia bagian utara, pasukan Jenderal Meade menuliskan nama dan julukan unit mereka pada kertas, lalu kertas pengenal itu ditempelkan pada pakaian ataupun barang-barang pribadi mereka. Selain kertas, bahan lain yang digunakan adalah potongan kayu yang dilubangi salah satu ujungnya sehingga bisa dikenakan sebagai liontin yang dikalungkan di leher. Sebagai penanda, sejumlah prajurit juga menuliskan nama dan alamat mereka di bagian belakang mantel atau menggoreskannya di ikat pinggang yang terbuat dari kulit. Namun demikian, 42% tentara yang tewas dalam Perang Sipil tidak teridentifikasi.
Advokasi resmi pertama mengenai penerbitan tag identifikasi terjadi pada tahun 1899. Chaplain Charles C. Pierce, yang ditugasi untuk mendirikan Quartermaster Office of Identification di Filipina, merekomendasikan dimasukkannya sebuah "cakram identitas" dalam kotak tempur sebagai jawaban atas kebutuhan identifikasi standar. Pada tahun 1913, regulasi ketentaraan memerintahkan penggunaan tag identifikasi. Empat tahun kemudian, semua prajurit tempur memakai cakram aluminium pada rantai di leher mereka. Sejak Perang Dunia II, cakram tersebut digantikan oleh bentuk lonjong yang secara umum disebut sebagai "Dog Tag."
Beberapa mitos kemudian muncul sehubungan dengan maksud penggunaan tag identifikasi tersebut. Rumor menyatakan bahwa ujung tag yang berlekuk karena ditempatkan di antara gigi depan korban perang untuk menahan rahang mereka. Tidak ada catatan resmi mengenai hal ini. Satu-satunya alasan tentang lekukan itu adalah sebagai pegangan saat tag ditempatkan pada mesin tatah. Tapi, mesin yang digunakan pada saat ini tidak memerlukan lekukan sehingga tag identifikasi halus di semua sisi.
Tujuan tag identifikasi hanya terkait dengan penandaan. Tag identifikasi yang ditemukan di sekitar leher korban tidak akan dilepaskan kecuali jika korban perlu dikuburkan untuk sementara waktu. Jika hanya ada satu tag yang dikenali, tag yang lain dibuat sebagai pembanding yang pertama. Jika tetap tak dikenali, dibuatlah dua tag yang ditandai sebagai tak dikenal. Salah satu tag dikebumikan bersama korban, sementara tag lainnya ditempatkan pada sebuah cincin kawat di kuburan sementara. Saat ini sedang dikembangkan Individually Carried Record, sebuah tag identifikasi baru yang dapat menampung 80% data medis dan gigi seorang prajurit yang ditempatkan pada microchip. Selain itu, ada pula TacMedCS yang menggunakan teknologi radio frekuensi, elektronik dan GPS.
referensi: armydogtags+173rdairborne
Perang Sipil [1861-1865] tercatat sebagai insiden pertama di mana tentara Amerika berupaya untuk memastikan identitas mereka bisa dikenali ketika mereka tewas di medan perang. Metodenya bervariasi, tergantung inisiatif masing-masing prajurit. Tahun 1863, sebelum pertempuran Mine's Run di Virginia bagian utara, pasukan Jenderal Meade menuliskan nama dan julukan unit mereka pada kertas, lalu kertas pengenal itu ditempelkan pada pakaian ataupun barang-barang pribadi mereka. Selain kertas, bahan lain yang digunakan adalah potongan kayu yang dilubangi salah satu ujungnya sehingga bisa dikenakan sebagai liontin yang dikalungkan di leher. Sebagai penanda, sejumlah prajurit juga menuliskan nama dan alamat mereka di bagian belakang mantel atau menggoreskannya di ikat pinggang yang terbuat dari kulit. Namun demikian, 42% tentara yang tewas dalam Perang Sipil tidak teridentifikasi.
Advokasi resmi pertama mengenai penerbitan tag identifikasi terjadi pada tahun 1899. Chaplain Charles C. Pierce, yang ditugasi untuk mendirikan Quartermaster Office of Identification di Filipina, merekomendasikan dimasukkannya sebuah "cakram identitas" dalam kotak tempur sebagai jawaban atas kebutuhan identifikasi standar. Pada tahun 1913, regulasi ketentaraan memerintahkan penggunaan tag identifikasi. Empat tahun kemudian, semua prajurit tempur memakai cakram aluminium pada rantai di leher mereka. Sejak Perang Dunia II, cakram tersebut digantikan oleh bentuk lonjong yang secara umum disebut sebagai "Dog Tag."
Beberapa mitos kemudian muncul sehubungan dengan maksud penggunaan tag identifikasi tersebut. Rumor menyatakan bahwa ujung tag yang berlekuk karena ditempatkan di antara gigi depan korban perang untuk menahan rahang mereka. Tidak ada catatan resmi mengenai hal ini. Satu-satunya alasan tentang lekukan itu adalah sebagai pegangan saat tag ditempatkan pada mesin tatah. Tapi, mesin yang digunakan pada saat ini tidak memerlukan lekukan sehingga tag identifikasi halus di semua sisi.
Tujuan tag identifikasi hanya terkait dengan penandaan. Tag identifikasi yang ditemukan di sekitar leher korban tidak akan dilepaskan kecuali jika korban perlu dikuburkan untuk sementara waktu. Jika hanya ada satu tag yang dikenali, tag yang lain dibuat sebagai pembanding yang pertama. Jika tetap tak dikenali, dibuatlah dua tag yang ditandai sebagai tak dikenal. Salah satu tag dikebumikan bersama korban, sementara tag lainnya ditempatkan pada sebuah cincin kawat di kuburan sementara. Saat ini sedang dikembangkan Individually Carried Record, sebuah tag identifikasi baru yang dapat menampung 80% data medis dan gigi seorang prajurit yang ditempatkan pada microchip. Selain itu, ada pula TacMedCS yang menggunakan teknologi radio frekuensi, elektronik dan GPS.
referensi: armydogtags+173rdairborne
No comments :
Post a Comment