Salah satu catatan tertulis paling awal minum-minum terdapat dalam Simposiumnya Plato di yang menceritakan sekelompok orang menghadiri pesta minum dan menyampaikan pidato tentang Eros, cinta. Pesta itu sebagaimana pesta minum pada umumnya.
Orang Yunani kuno juga memainkan permainan yang disebut kottabos: melemparkan ampas anggur dari mangkuk mereka ke target di tengah ruangan dengan hadiah atau hukuman. Lalu ada permainan minum: daya tahan minum. Tuan rumah akan menunjuk angka. Siapa pun yang tidak bisa bertahan tidak boleh melanjutkan permainan minum-minum.
Lalu, menurut Jeannie Lin dalam Unusual Historicals, Orang Cina kuno juga memiliki sejumlah permainan minum-minum untuk menghidupkan malam. Dalam permainan minum-minum tersebut diselingi pembacaan puisi atau menebak teka-teki. Permainan tersebut lebih tepat disebut kontes minum dengan wasit sebagai penengahnya. Di dalamnya melibatkan dadu atau boneka-boneka berpakaian seperti orang Barat di tengah ruangan. Ketika salah satu boneka jatuh, siapa pun yang ditunjuk boneka harus minum. Selain dadu dan boneka, mereka juga melakukan sebuah varian dari permainan “batu, kertas, gunting” untuk menentukan peminum.
Mirip dengan China, permainan “batu, kertas, gunting” juga berkembang dalam acara minum-minum di Jepang pada abad 17 dan abad 18. Bedanya, di Jepang melibatkan pelayanan Geisha. Geisha dilatih dalam seni indah tari, musik, dan percakapan. Mereka juga memiliki berbagai permainan salon dan kontes minum di tempat mereka untuk menghibur tamu.
Sebuah permainan minum-minum yang berasal abad ke-14 di Perancis melibatkan puzzle kendi. Kontestan diberi kendi berlubang sebagai jalan untuk mendapatkan alkohol. Selanjutnya, pada abad ke 17, permainan minum-minum di Inggris menggunakan gelas kaca sepanjang 1 yard dengan volume 3 liter.
Orang Yunani kuno juga memainkan permainan yang disebut kottabos: melemparkan ampas anggur dari mangkuk mereka ke target di tengah ruangan dengan hadiah atau hukuman. Lalu ada permainan minum: daya tahan minum. Tuan rumah akan menunjuk angka. Siapa pun yang tidak bisa bertahan tidak boleh melanjutkan permainan minum-minum.
Lalu, menurut Jeannie Lin dalam Unusual Historicals, Orang Cina kuno juga memiliki sejumlah permainan minum-minum untuk menghidupkan malam. Dalam permainan minum-minum tersebut diselingi pembacaan puisi atau menebak teka-teki. Permainan tersebut lebih tepat disebut kontes minum dengan wasit sebagai penengahnya. Di dalamnya melibatkan dadu atau boneka-boneka berpakaian seperti orang Barat di tengah ruangan. Ketika salah satu boneka jatuh, siapa pun yang ditunjuk boneka harus minum. Selain dadu dan boneka, mereka juga melakukan sebuah varian dari permainan “batu, kertas, gunting” untuk menentukan peminum.
Mirip dengan China, permainan “batu, kertas, gunting” juga berkembang dalam acara minum-minum di Jepang pada abad 17 dan abad 18. Bedanya, di Jepang melibatkan pelayanan Geisha. Geisha dilatih dalam seni indah tari, musik, dan percakapan. Mereka juga memiliki berbagai permainan salon dan kontes minum di tempat mereka untuk menghibur tamu.
Sebuah permainan minum-minum yang berasal abad ke-14 di Perancis melibatkan puzzle kendi. Kontestan diberi kendi berlubang sebagai jalan untuk mendapatkan alkohol. Selanjutnya, pada abad ke 17, permainan minum-minum di Inggris menggunakan gelas kaca sepanjang 1 yard dengan volume 3 liter.
No comments :
Post a Comment