3.11.2013

Pertempuran Manila Yang Terlupakan

Manila secara historis dikenal sebagai "Mutiara dari Timur" dan pernah dianggap sebagai salah satu di antara kota-kota di Asia yang paling indah. Di kota yang kaya akan arsitektur biasa dan karya seni itu, berbagai budaya bercampur jadi satu, termasuk Spanyol, Asia dan Amerika. Terlebih lagi, itu adalah sebuah. Sebelum Perang Dunia II pecah, Manila adalah kosmopolitan dengan penduduk lebih dari satu juta orang.
Namun, segalanya kemudian berubah. Pada bulan Februari 1945, Manila menjadi arena perang kota yang terkejam selama Perang Dunia II. Pada akhir pertempuran, lebih dari 100.000 warga sipil, termasuk wanita dan anak-anak, tewas. Lebih dari 1.000 tentara AS kehilangan nyawa mereka dan 5.565 lainnya terluka dalam pertempuran yang berlangsung selama sebulan itu. Di lain pihak, lebih dari 16.000 tentara Jepang tewas di satu bagian kota saja. Kota itu pun luluhlantak. Pertempuran Manila terjadi menjelang akhir Kampanye Filipina yang berlangsung pada tahun 1944 dan 1945. Hal itu dilancarkan oleh pasukan Amerika dan Filipina dengan tujuan mengalahkan dan mengusir penjajah Jepang yang telah memegang kendali sejak 1942. AS dan militer Australia telah memenangkan beberapa pertempuran di Pasifik. Namun, militer Jepang yang ditempatkan di Filipina bertekad untuk tidak pergi.
Upaya pembebasan Manila dimulai oleh pasukan Amerika―dibantu oleh gerilyawan Filipina―yang berdatangan ke Manila dari berbagai arah sepanjang Januari 1945. Jenderal Tomoyuki Yamashita memerintahkan sebagian besar pasukan Jepang untuk meninggalkan kota itu karena ia berharap untuk menyerang pasukan lawan di wilayah lain di Filipina.
akan tetapi, perintah Jenderal Tomoyuki Yamashita tersebut diabaikan oleh Laksamana Iwabuchi Sanji dari angkatan laut Jepang. Iwabuchi Sanji membawa sekitar 16.000 tentara angkatan laut bersamanya dan mengambil alih kendali atas beberapa ribu tentara yang masih berada di Manila. Apa yang mendasari tindakan Iwabuchi Sanji tersebut sebenarnya bersifat pribadi. Dia telah kehilangan kapal perang di bawah komandonya dan bertekad untuk membalas dendam dengan mempertahankan Manila.
Pasukan Jepang siap untuk menyerang Amerika dengan menciptakan perangkap dan memasang kawat berduri di seluruh Manila. Mereka juga meledakkan setiap instalasi yang bisa digunakan oleh orang Amerika, termasuk jembatan dan fasilitas penting lainnya. Setelah tiba di Manila, tentara AS dipaksa untuk terlibat dalam pertempuran yang tak mereka harapkan. Unit-unit kecil Jepang menyerang dari bangunan dan lubang perlindungan, menembakkan senjata melalui jendela atau lubang di dinding dan lantai. Tentara Jepang juga bersedia untuk bertempur sampai mati.
Kekejaman yang diderita oleh warga sipil secara kolektif dikenal sebagai Pembantaian Manila. Di bawah serangan konstan Amerika, pasukan Jepang melampiaskan frustrasi mereka pada warga sipil yang tidak bersalah. Tanpa pandang bulu tentara Jepang melakukan pemenggalan, penyiksaan, pelecehan seksual dan serangan brutal lainnya. Salah satu insiden yang sangat mengerikan terjadi Hotel Mayfair yang digunakan tentara Jepang bangunan untuk memenjarakan ratusan warga Filipina. Sebelum tentara AS bisa mencapai hotel, Jepang membuat barikade di pintu dan jendela, lalu membakar hotel. Setiap tahanan yang berusaha melarikan diri dibayonet atau ditembak mati.
Merasa akan kalah, Laksamana Iwabuchi Sanji dan stafnya kemudian melakukan bunuh diri (seppuku) pada tanggal 26 Februari 1945. Namun, mayat Iwabuchi Sanji tidak pernah ditemukan. Meskipun kehilangan sang pemimpin, kantong perlawanan Jepang tetap berada di seluruh kota. Pertempuran sendiri baru berakhir tanggal 3 Maret ketika tentara jepang berhasil disapu bersih. Sebagai buntut perang, Jenderal Tomoyuki Yamashita diadili dan digantung karena kejahatan perang―termasuk pembantaian Manila dan kekejaman lainnya diberlakukan di Filipina. Meskipun Jenderal Yamashita telah menyerukan evakuasi Manila, dia dinilai tetap harus bertanggung jawab atas apa yang terjadi di kota. Penghakiman itu bukan tanpa kontroversi.
Korban tewas di pihak warga sipil dalam Pertempuran Manila sebanding dengan yang disebabkan oleh bom nuklir yang dijatuhkan di Hiroshima. Perang kota itu disejajarkan dengan apa yang berlangsung di Stalingrad. Meskipun demikian, banyak orang telah melupakan Pertempuran Manila.

1 comment:

  1. melihat dari semua peristiwa yang telah terjadi dimasa lampau,memang pertempuran manila yang paling banyak memakan korban sipil

    ReplyDelete