Tidak ada yang baru tentang tahun baru. Festival tahunan penanda awal kalender ini telah ada sejak ribuan tahun lalu. Dalam beberapa hal, bahkan, mereka merayakannya seperti apa yang kita lakukan hari ini. Berikut ini fakta-fakta menarik 5 peradaban kuno dalam merayakan tahun baru.
Salah satu aspek menarik dari Akitu adalah penghinaan ritual yang dialami oleh raja Babilonia. Raja dibawa ke hadapan patung dewa Marduk, regalia kerajaan yang melekat pada dirinya dilucuti dan dipaksa untuk bersumpah bahwa ia telah memimpin kota secara terhormat. Seorang imam tinggi kemudian akan menampar dan menjewer telinganya dengan harapan membuatnya menangis. Jika sang raja menangis dianggap sebagai pertanda bahwa Marduk puas dan bersedia memperpanjang kekuasaan raja. Beberapa sejarawan berpendapat bahwa hal itu digunakan oleh monarki sebagai alat untuk menegaskan kembali restu dewa atas kekuasaan seorang raja.
Pada tanggal 1 Januari, masyarakat Romawi Kuno memberikan persembahan kepada Janus dengan harapan mendapatkan keberuntungan di tahun baru. Mereka juga saling bertukar hadiah berupa buah ara dan madu. Menurut Ovid, kebanyakan dari mereka juga memilih untuk bekerja setidaknya selama setengah hari sebelum merayakan tahun baru karena kemalasan dianggap sebagai pertanda buruk di akhir tahun.
Selain ritus keagamaan, Wepet Renpet juga digunakan sebagai kesempatan untuk bermabuk-mabukan. Penemuan terbaru di Kuil Mut menunjukkan bahwa selama pemerintahan Hatshepsut berlangsung sebuah pesta besar: "Festival Kemabukan." Festival ini berhubungan dengan mitos Sekhmet, dewi perang yang telah merencanakan untuk membunuh semua manusia sampai akhirnya Dewa Ra membuatnya mabuk minuman. Untuk menghormati keselamatan umat manusia, masyarakat Mesir Kuno kemudian merayakan Wepet Renpet dengan musik, s3ks, pesta pora dan bir.
Secara tradisional, perayaan berlangsung selama 15 hari. Orang-orang membersihkan rumah mereka untuk membebaskan diri dari nasib buruk ataupun membayar utang lama sebagai cara untuk menyelesaikan urusan di tahun sebelumnya. Mereka juga menghiasi pintu rumah dengan gulungan kertas dan berkumpul bersama kerabat untuk berpesta. Setelah penemuan mesiu pada abad ke-10, mereka menggunakan kembang api dalam perayaan.
- Akitu (Babilonia)
Salah satu aspek menarik dari Akitu adalah penghinaan ritual yang dialami oleh raja Babilonia. Raja dibawa ke hadapan patung dewa Marduk, regalia kerajaan yang melekat pada dirinya dilucuti dan dipaksa untuk bersumpah bahwa ia telah memimpin kota secara terhormat. Seorang imam tinggi kemudian akan menampar dan menjewer telinganya dengan harapan membuatnya menangis. Jika sang raja menangis dianggap sebagai pertanda bahwa Marduk puas dan bersedia memperpanjang kekuasaan raja. Beberapa sejarawan berpendapat bahwa hal itu digunakan oleh monarki sebagai alat untuk menegaskan kembali restu dewa atas kekuasaan seorang raja.
- Perayaan Janus (Romawi Kuno)
Pada tanggal 1 Januari, masyarakat Romawi Kuno memberikan persembahan kepada Janus dengan harapan mendapatkan keberuntungan di tahun baru. Mereka juga saling bertukar hadiah berupa buah ara dan madu. Menurut Ovid, kebanyakan dari mereka juga memilih untuk bekerja setidaknya selama setengah hari sebelum merayakan tahun baru karena kemalasan dianggap sebagai pertanda buruk di akhir tahun.
- Wepet Renpet (Mesir Kuno)
Selain ritus keagamaan, Wepet Renpet juga digunakan sebagai kesempatan untuk bermabuk-mabukan. Penemuan terbaru di Kuil Mut menunjukkan bahwa selama pemerintahan Hatshepsut berlangsung sebuah pesta besar: "Festival Kemabukan." Festival ini berhubungan dengan mitos Sekhmet, dewi perang yang telah merencanakan untuk membunuh semua manusia sampai akhirnya Dewa Ra membuatnya mabuk minuman. Untuk menghormati keselamatan umat manusia, masyarakat Mesir Kuno kemudian merayakan Wepet Renpet dengan musik, s3ks, pesta pora dan bir.
- Imlek
Secara tradisional, perayaan berlangsung selama 15 hari. Orang-orang membersihkan rumah mereka untuk membebaskan diri dari nasib buruk ataupun membayar utang lama sebagai cara untuk menyelesaikan urusan di tahun sebelumnya. Mereka juga menghiasi pintu rumah dengan gulungan kertas dan berkumpul bersama kerabat untuk berpesta. Setelah penemuan mesiu pada abad ke-10, mereka menggunakan kembang api dalam perayaan.
- Nowruz
No comments:
Post a Comment