3.01.2013

Perayaan Tahun Baru 5 Peradaban Kuno

Tidak ada yang baru tentang tahun baru. Festival tahunan penanda awal kalender ini telah ada sejak ribuan tahun lalu. Dalam beberapa hal, bahkan, mereka merayakannya seperti apa yang kita lakukan hari ini. Berikut ini fakta-fakta menarik 5 peradaban kuno dalam merayakan tahun baru.
  • Akitu (Babilonia)
Menyusul purnama pertama setelah vernal equinox pada akhir Maret, orang-orang Babilonia akan menghormati kelahiran semesta dengan festival yang disebut Akitu. Perayaan tahun baru ini berlangsung pada sekitar 2000 SM dan diyakini terkait dengan ritus keagamaan dan mitologi. Selama Akitu berlangsung, patung para dewa diarak melalui jalan-jalan kota sembari menjalankan ritus-ritus tertentu untuk menyimbolkan kemenangan mereka atas kekuatan hitam. Melalui Akitu, orang-orang Babilonia percaya bahwa dunia telah dibersihkan oleh para dewa dalam rangka tahun baru dan kembalinya musim semi.
Salah satu aspek menarik dari Akitu adalah penghinaan ritual yang dialami oleh raja Babilonia. Raja dibawa ke hadapan patung dewa Marduk, regalia kerajaan yang melekat pada dirinya dilucuti dan dipaksa untuk bersumpah bahwa ia telah memimpin kota secara terhormat. Seorang imam tinggi kemudian akan menampar dan menjewer telinganya dengan harapan membuatnya menangis. Jika sang raja menangis dianggap sebagai pertanda bahwa Marduk puas dan bersedia memperpanjang kekuasaan raja. Beberapa sejarawan berpendapat bahwa hal itu digunakan oleh monarki sebagai alat untuk menegaskan kembali restu dewa atas kekuasaan seorang raja.
  • Perayaan Janus (Romawi Kuno)
Tahun baru dalam masyarakat Romawi Kuno semula juga berhubungan dengan vernal equinox, tetapi akibat diberlakukannya kalender matahari, maka perayaan tahun baru dilangsungkan pada tanggal 1 Januari. Bagi bangsa Romawi Kuno, bulan Januari membawa makna khusus. Nama bulan ini diambil dari nama dewa berwajah dua, Janus. Janus dipandang sebagai simbol masa depan.
Pada tanggal 1 Januari, masyarakat Romawi Kuno memberikan persembahan kepada Janus dengan harapan mendapatkan keberuntungan di tahun baru. Mereka juga saling bertukar hadiah berupa buah ara dan madu. Menurut Ovid, kebanyakan dari mereka juga memilih untuk bekerja setidaknya selama setengah hari sebelum merayakan tahun baru karena kemalasan dianggap sebagai pertanda buruk di akhir tahun.
  • Wepet Renpet (Mesir Kuno)
Budaya Mesir Kuno itu terkait erat dengan Sungai Nil dan tampaknya tahun baru mereka berhubungan dengan banjir tahunan. Menurut seorang penulis Romawi bernama Censorinus, tahun baru dirayakan oleh masyarakat Mesir Kuno ketika bintang Sirius bersinar paling terang di langit setelah absen selama 70 hari. Lebih dikenal sebagai matahari terbit, fenomena ini biasanya terjadi pada pertengahan Juli sebelum genangan tahunan Sungai Nil yang membantu mempertahankan kesuburan lahan pertanian pada tahun yang akan datang. Mesir Kuno merayakan tahun baru dengan sebuah festival yang dikenal sebagai Wepet Renpet yang berarti Tahun Baru.
Selain ritus keagamaan, Wepet Renpet juga digunakan sebagai kesempatan untuk bermabuk-mabukan. Penemuan terbaru di Kuil Mut menunjukkan bahwa selama pemerintahan Hatshepsut berlangsung sebuah pesta besar: "Festival Kemabukan." Festival ini berhubungan dengan mitos Sekhmet, dewi perang yang telah merencanakan untuk membunuh semua manusia sampai akhirnya Dewa Ra membuatnya mabuk minuman. Untuk menghormati keselamatan umat manusia, masyarakat Mesir Kuno kemudian merayakan Wepet Renpet dengan musik, s3ks, pesta pora dan bir.
  • Imlek
Salah satu tradisi tertua yang masih dirayakan hingga saat ini adalah Tahun Baru Imlek yang diyakini berasal lebih dari 3.000 tahun yang lalu pada saat pemerintahan Dinasti Shang. Awalnya, mereka merayakan awal musim tanam semi, tetapi kemudian disisipi dengan mitos dan legenda. Menurut salah satu kisah populer, ada makhluk haus darah yang disebut Nian yang memangsa desa pada setiap tahun baru. Untuk menakut-nakuti makhluk tersebut, penduduk desa mendekorasi rumah mereka dengan hiasan berwarna merah, membakar bambu dan membuat bunyi-bunyian. Tipuan itu pun berhasil. Oleh karena itu, warna-warna cerah dan lampu-lampu yang digunakan untuk menakuti Nian akhirnya terintegrasi ke dalam perayaan.
Secara tradisional, perayaan berlangsung selama 15 hari. Orang-orang membersihkan rumah mereka untuk membebaskan diri dari nasib buruk ataupun membayar utang lama sebagai cara untuk menyelesaikan urusan di tahun sebelumnya. Mereka juga menghiasi pintu rumah dengan gulungan kertas dan berkumpul bersama kerabat untuk berpesta. Setelah penemuan mesiu pada abad ke-10, mereka menggunakan kembang api dalam perayaan.
  • Nowruz
Sering disebut "Tahun Baru Persia," Nowruz berlangsung selama 13 hari pada vernal equinox bulan Maret. Festival ini diyakini berasal di Iran dan merupakan bagian dari agama Zoroaster. Catatan resmi tentang Nowruz tidak muncul sampai abad ke-2, namun sebagian besar sejarawan percaya bahwa festival ini sudah dirayakan sejak abad ke-6 SM semasa pemerintahan Kaisar Achaemenid. Perayaan Nowruz Kuno terfokus pada kelahiran kembali yang menyertai kembalinya musim semi. Selama festival ini berlangsung, pihak kerajaan menjadi tuan rumah yang memberikan jamuan makan mewah, memberikan hadiah dan tontonan. Hal-hal lain yang dilakukan di antaranya adalah berpesta, bertukar hadiah dengan anggota keluarga dan tetangga, menyalakan api unggun, mencelupkan telur dan memercikkan air untuk melambangkan penciptaan. Salah satu ritual unik muncul dalam festival ini sekitar abad ke-10 di mana seseorang akan dipilih sebagai "Penguasa Nowruzian": orang biasa yang akan berpura-pura menjadi raja selama beberapa hari sebelum "digulingkan" menjelang akhir festival.

No comments:

Post a Comment