Sebuah studi baru mengklaim apa yang ditemukan di dekat Sungai Nil di sebelah selatan Mesir ini merupakan representasi tertua firaun. Para peneliti mengatakan bahwa pahatan pada batu yang berlokasi di padang pasir di sebelah utara Bendungan Aswan tersebut adalah indikasi awal kekuasaan raja di negeri ini.
Gambar-gambar seorang firaun bersama petugas tahanan dan hewan menawarkan sebuah jendela tentang dinasti 0 dan menunjukkan suatu momen yang terjadi di Mesir masa pradinasti.
"Ini benar-benar akhir dari masa prasejarah dan awal masa sejarah," kata peneliti studi, Maria Gatto dari Yale University.
Peneliti menemukan tujuh ukiran di seluruh wilayah, kebanyakan tablo perahu yang diapit oleh para tahanan. Salah satu ukiran menunjukkan citra awal penguasa mengenakan “White Crown”―salah satu simbol paling awal kekuasaan dinasti Mesir―saat ia melakukan perjalanan seremonial di atas perahu berbentuk sabit. Sementara lencana berupa elang dan lembu jantan yang ada pada perahu firaun tersebut melambangkan kekuasaan. Empat laki-laki yang berdiri di samping perahu tampak memegang tali―kemungkinan besar digunakan untuk menarik perahu di sepanjang Sungai Nil.
Siklus gambar tersebut dikatakan sebagai yang pertama dengan anotasi hieroglif di mana satu adegan dinamai “Iring-iringan Bahari.” Para peneliti mengatakan bahwa label tersebut kemungkinan terkait dengan ritual kerajaan yang dikenal sebagai “Iring-iringan Horus”, sebuah perjalanan untuk mengumpulkan pajak yang berlangsung dua tahun sekali yang dilakukan oleh dewan kerajaan untuk menunjukkan otoritas negara.
Sementara ukiran lainnya termasuk adegan pastoral iring-iringan ternak dan sekelompok hewan, dua di antaranya menunjukkan mitos makhluk berbadan singa. Hewan lain yang juga ditunjukkan adalah spesies asli Afrika, termasuk burung unta, ibex dan banteng. Yang terakhir terlihat mendominasi binatang di sekitarnya dan dikatakan sebagai simbol kerajaan. Adanya gambar-gambar hewan tersebut menunjukkan meskipun penelitian archaeozoological mengindikasikan bahwa perburuan hanya merupakan kepentingan ekonomi marjinal selama masa pradinasti, tetapi perburuan juga menjadi bagian dari gaya hidup elit.
Tablo lain menunjukkan orang sedang membuat bir dan minum bir. Hal ini mungkin mengacu pada beberapa jenis festival.
Ukiran-ukiran tersebut pertama kali dicatat pada tahun 1890 oleh arkeolog Archibald Sayce, namun luput dari pandangan para Egyptologist. Seorang arkeolog Mesir, Labib Habachi, menemukan dan memotret ukiran-ukiran itu, tetapi tidak pernah menerbitkan karyanya.
Gatto mengatakan bahwa berdasarkan gaya ukiran dan jenis hiroglifnya, tanggal gambar-gambar tersebut diperkirakan antara 3200 SM dan 3100 SM, sekitar waktu pemerintahan Narmer yang merupakan Firaun pertama yang menyatukan Mesir Hulu dan Hilir.
Gambar-gambar seorang firaun bersama petugas tahanan dan hewan menawarkan sebuah jendela tentang dinasti 0 dan menunjukkan suatu momen yang terjadi di Mesir masa pradinasti.
"Ini benar-benar akhir dari masa prasejarah dan awal masa sejarah," kata peneliti studi, Maria Gatto dari Yale University.
Siklus gambar tersebut dikatakan sebagai yang pertama dengan anotasi hieroglif di mana satu adegan dinamai “Iring-iringan Bahari.” Para peneliti mengatakan bahwa label tersebut kemungkinan terkait dengan ritual kerajaan yang dikenal sebagai “Iring-iringan Horus”, sebuah perjalanan untuk mengumpulkan pajak yang berlangsung dua tahun sekali yang dilakukan oleh dewan kerajaan untuk menunjukkan otoritas negara.
Sementara ukiran lainnya termasuk adegan pastoral iring-iringan ternak dan sekelompok hewan, dua di antaranya menunjukkan mitos makhluk berbadan singa. Hewan lain yang juga ditunjukkan adalah spesies asli Afrika, termasuk burung unta, ibex dan banteng. Yang terakhir terlihat mendominasi binatang di sekitarnya dan dikatakan sebagai simbol kerajaan. Adanya gambar-gambar hewan tersebut menunjukkan meskipun penelitian archaeozoological mengindikasikan bahwa perburuan hanya merupakan kepentingan ekonomi marjinal selama masa pradinasti, tetapi perburuan juga menjadi bagian dari gaya hidup elit.
Tablo lain menunjukkan orang sedang membuat bir dan minum bir. Hal ini mungkin mengacu pada beberapa jenis festival.
Ukiran-ukiran tersebut pertama kali dicatat pada tahun 1890 oleh arkeolog Archibald Sayce, namun luput dari pandangan para Egyptologist. Seorang arkeolog Mesir, Labib Habachi, menemukan dan memotret ukiran-ukiran itu, tetapi tidak pernah menerbitkan karyanya.
Gatto mengatakan bahwa berdasarkan gaya ukiran dan jenis hiroglifnya, tanggal gambar-gambar tersebut diperkirakan antara 3200 SM dan 3100 SM, sekitar waktu pemerintahan Narmer yang merupakan Firaun pertama yang menyatukan Mesir Hulu dan Hilir.
No comments:
Post a Comment