Sebagaimana atlet modern, atlet kuno juga menikmati ketenaran dan kekayaan. Di Yunani Kuno dan Romawi Kuno, mereka dihormati dengan patung perunggu, lagu dan puisi atas keberhasilan mereka dalam arena. Bahkan, sering pula dianggap sebagai pahlawan dan dielu-elukan layaknya para dewa. Siapa saja mereka?
Theagenes (Thásos)
Theagenes merupakan seorang petinju Yunani Kuno yang memenangkan pertarungan sebanyak 1.300 kali selama 22 tahun karirnya. Pada olimpiade tahun 480 SM dan 476 SM, ia bahkan menjadi atlet pertama yang berhasil memenangi tinju dan pankration, sebuah seni bela diri campuran. Ia kemudian memenangkan 21 kejuaraan lainnya di Pythian, Nemean dan Isthmian. Yang luar biasa, ia juga memenangkan lomba lari jarak jauh di Argos.
Sebagai petinju, Theagenes tetap tak terkalahkan selama lebih dari dua dekade dan digambarkan sebagai sosok yang tangguh bahkan setelah kematiannya. Menurut legenda, ketika seorang vandalis berusaha untuk merusak patung Theagenes, patung perunggu berukuran raksasa itu jatuh menimpa dan menewaskan si perusak.
Leonidas (Rhodes)
Pria dari Rhodes ini adalah seorang pelari yang memenangkan karangan bunga di olimpiade 164, 160, 156 dan 152 SM. Pada empat perhelatan olimpiade tersebut, ia tak hanya memenangi lomba sprint, seperti stadion dan diaulos, tetapi hoplitodromos (kontestan berlari dengan menggunakan helm dan baju besi sambil membawa perisai). Secara keseluruhan, ia meraih 12 kemenangan mengejutkan di olimpiade (ia memenangkan kejuaraan terakhirnya pada usia 36).
Gayus Appuleius Diocles (Romawi)
Gayus Appuleius Diocles adalah pembalap kereta Romawi di abad 2 M. Selama 24 tahun karir balapnya, ia berkompetisi di lebih dari 4.200 balapan, memenangkan 1.462 balapan dan finish di tempat kedua sebanyak 861 kali. Dengan prestasinya itu, ia pun menjadi salah satu orang terkaya di Romawi Kuno. Menurut Prof. Peter Struck dari University of Pennsylvania, kekayaan Gayus setara dengan $15 miliar. pada zaman modern.
Diagoras (Rhodes)
Diagoras adalah patriark juara tinju yang terlahir dari salah satu keluarga olahragawan paling masyhur di Yunani Kuno. Ia berhasil merengkuh gelar juara di olimpiade tahun 464 SM, sebuah prestasi yang kemudian diabadikan oleh Pindar dalam bait-bait syairnya. Ia juga sukses memenangkan gelar tinju di kompetisi Pythian di Delphi, Nemean dan Isthmian. Berkat kemenangan-kemenangannya, Diagoras didapuk menjadi periodonikes, suatu kehormatan yang diberikan kepada olahragawan yang menjuarai keempat kompetisi utama tersebut.
Prestasi Diagoras kemudian diteruskan oleh ketiga anaknya yang berhasil memenangkan kejuaraan tinju atau pun pankration. Ketika dua anaknya, Damagetus dan Acusilaus, menjuarai kedua cabang tersebut pada olimpiade tahun 448 SM, konon mereka merayakan kemenangan dengan memanggul Diagoras mengelilingi arena.
Chionis (Sparta)
Atlet lari ini mampu menyapu gelar selama tiga penyelenggaraan olimpiade secara berturut-turut: 664, 660 dan 656 SM. Sebagai spesialis sprint, rekor kemenangannya di tiga olimpiade tersebut tidak terpecahkan selama hampir 200 tahun. Selain sebagai sprinter handal, Chionis juga seorang jumper yang mumpuni. Konon, ia telah mengeksekusi lompatan sejauh 52 kaki. Meski kebanyakan sejarawan meragukannya, tetapi yang lain mengindikasikan bahwa ukuran tersebut mengacu pada tiga lompatan yang dilakukan Chionis di tiga olimpiade.
Arrichion (Phigalia)
Menurut Philostratus, Arrichion memenangkan gelar juara pankration di Olimpiade tahun 572 dan 568 SM, lalu pada 564 SM, ia mencapai final untuk ketiga kalinya berturut-turut. Namun, karirnya berakhir tragis. Dalam sebuah pertarungan, lawan Arrichion berhasil menjepit lehernya dan membuatnya tersedak. Saat nyawanya terancam, Arrichion berhasil memelintir kaki rivalnya. Ironisnya, ketika gelar juara hampir diraih, ia tewas. Beberapa catatan mengatakan bahwa ia meninggal karena sesak napas, sementara yang lain mengklaim kematiannya akibat patah leher atau serangan jantung. Arrichion secara anumerta dinyatakan sebagai juara pankration dan dielu-elukan sebagai pahlawan di kampung halamannya, Phigalia.
Milo (Croton)
Memiliki kekuatan dan nafsu makan yang luar biasa (sekali duduk bisa makan lebih dari 40 kilogram daging dan roti serta minum delapan liter anggur), Milo dikenal sebagai pegulat tangguh yang berhasil memenangkan gelar olimpiade enam kali berturut-turut antara tahun 536 dan 520 SM. Selain itu, ia mengangkangi 27 kejuaraan di kompetisi Nemean, Pythian dan Isthmian. Dikatakan pula bahwa ia memimpin Crotoniates untuk mencapai kemenangan militer atas Sybarites pada tahun 510 SM dan menyelamatkan Pythagoras dengan memegang reruntuhan atap sampai Pythagoras bisa melarikan diri ke tempat yang aman. Namun, akhir hidupnya sungguh tragis: dimangsa serigala.
Theagenes merupakan seorang petinju Yunani Kuno yang memenangkan pertarungan sebanyak 1.300 kali selama 22 tahun karirnya. Pada olimpiade tahun 480 SM dan 476 SM, ia bahkan menjadi atlet pertama yang berhasil memenangi tinju dan pankration, sebuah seni bela diri campuran. Ia kemudian memenangkan 21 kejuaraan lainnya di Pythian, Nemean dan Isthmian. Yang luar biasa, ia juga memenangkan lomba lari jarak jauh di Argos.
Sebagai petinju, Theagenes tetap tak terkalahkan selama lebih dari dua dekade dan digambarkan sebagai sosok yang tangguh bahkan setelah kematiannya. Menurut legenda, ketika seorang vandalis berusaha untuk merusak patung Theagenes, patung perunggu berukuran raksasa itu jatuh menimpa dan menewaskan si perusak.
Leonidas (Rhodes)
Pria dari Rhodes ini adalah seorang pelari yang memenangkan karangan bunga di olimpiade 164, 160, 156 dan 152 SM. Pada empat perhelatan olimpiade tersebut, ia tak hanya memenangi lomba sprint, seperti stadion dan diaulos, tetapi hoplitodromos (kontestan berlari dengan menggunakan helm dan baju besi sambil membawa perisai). Secara keseluruhan, ia meraih 12 kemenangan mengejutkan di olimpiade (ia memenangkan kejuaraan terakhirnya pada usia 36).
Gayus Appuleius Diocles (Romawi)
Gayus Appuleius Diocles adalah pembalap kereta Romawi di abad 2 M. Selama 24 tahun karir balapnya, ia berkompetisi di lebih dari 4.200 balapan, memenangkan 1.462 balapan dan finish di tempat kedua sebanyak 861 kali. Dengan prestasinya itu, ia pun menjadi salah satu orang terkaya di Romawi Kuno. Menurut Prof. Peter Struck dari University of Pennsylvania, kekayaan Gayus setara dengan $15 miliar. pada zaman modern.
Diagoras (Rhodes)
Diagoras adalah patriark juara tinju yang terlahir dari salah satu keluarga olahragawan paling masyhur di Yunani Kuno. Ia berhasil merengkuh gelar juara di olimpiade tahun 464 SM, sebuah prestasi yang kemudian diabadikan oleh Pindar dalam bait-bait syairnya. Ia juga sukses memenangkan gelar tinju di kompetisi Pythian di Delphi, Nemean dan Isthmian. Berkat kemenangan-kemenangannya, Diagoras didapuk menjadi periodonikes, suatu kehormatan yang diberikan kepada olahragawan yang menjuarai keempat kompetisi utama tersebut.
Prestasi Diagoras kemudian diteruskan oleh ketiga anaknya yang berhasil memenangkan kejuaraan tinju atau pun pankration. Ketika dua anaknya, Damagetus dan Acusilaus, menjuarai kedua cabang tersebut pada olimpiade tahun 448 SM, konon mereka merayakan kemenangan dengan memanggul Diagoras mengelilingi arena.
Chionis (Sparta)
Atlet lari ini mampu menyapu gelar selama tiga penyelenggaraan olimpiade secara berturut-turut: 664, 660 dan 656 SM. Sebagai spesialis sprint, rekor kemenangannya di tiga olimpiade tersebut tidak terpecahkan selama hampir 200 tahun. Selain sebagai sprinter handal, Chionis juga seorang jumper yang mumpuni. Konon, ia telah mengeksekusi lompatan sejauh 52 kaki. Meski kebanyakan sejarawan meragukannya, tetapi yang lain mengindikasikan bahwa ukuran tersebut mengacu pada tiga lompatan yang dilakukan Chionis di tiga olimpiade.
Arrichion (Phigalia)
Menurut Philostratus, Arrichion memenangkan gelar juara pankration di Olimpiade tahun 572 dan 568 SM, lalu pada 564 SM, ia mencapai final untuk ketiga kalinya berturut-turut. Namun, karirnya berakhir tragis. Dalam sebuah pertarungan, lawan Arrichion berhasil menjepit lehernya dan membuatnya tersedak. Saat nyawanya terancam, Arrichion berhasil memelintir kaki rivalnya. Ironisnya, ketika gelar juara hampir diraih, ia tewas. Beberapa catatan mengatakan bahwa ia meninggal karena sesak napas, sementara yang lain mengklaim kematiannya akibat patah leher atau serangan jantung. Arrichion secara anumerta dinyatakan sebagai juara pankration dan dielu-elukan sebagai pahlawan di kampung halamannya, Phigalia.
Milo (Croton)
Memiliki kekuatan dan nafsu makan yang luar biasa (sekali duduk bisa makan lebih dari 40 kilogram daging dan roti serta minum delapan liter anggur), Milo dikenal sebagai pegulat tangguh yang berhasil memenangkan gelar olimpiade enam kali berturut-turut antara tahun 536 dan 520 SM. Selain itu, ia mengangkangi 27 kejuaraan di kompetisi Nemean, Pythian dan Isthmian. Dikatakan pula bahwa ia memimpin Crotoniates untuk mencapai kemenangan militer atas Sybarites pada tahun 510 SM dan menyelamatkan Pythagoras dengan memegang reruntuhan atap sampai Pythagoras bisa melarikan diri ke tempat yang aman. Namun, akhir hidupnya sungguh tragis: dimangsa serigala.
No comments :
Post a Comment