Bagaimanakah resiko melahirkan pada Abad Pertengahan? Tampaknya sangat beresiko mengingat ibu-ibu hamil disarankan untuk mengakui dosa-dosa mereka sebelum melahirkan. Pada masa itu, satu dari setiap tiga wanita dewasa meninggal saat melahirkan anak mereka.
Resiko tersebut tak lepas dari adanya budaya kawin muda. Dalam suatu masyarakat di mana gadis-gadis menikah pada usia 12 tahun, tentu banyak ibu-ibu yang masih berusia remaja. Misalnya, istri ketiga Charlemagne, Hildegard, berusia 14 tahun ketika ia melahirkan anak pertamanya. Setelah melahirkan delapan anak, ia akhirnya meninggal di usia 20an.
Setiap bayi dilahirkan di rumah. Jika bayi-bayi itu berasal dari kalangan petani, mereka dilahirkan sebuah dalam rumah dengan satu atau dua kamar. Berbeda halnya dengan keluarga aristokrasi yang memiliki kamar khusus tempat ibu akan berdiam diri ketika waktu melahirkan sudah dekat. Sebuah kamar berlangit-langit rendah akan memberikan kesegaran atau menaburkan aroma herbal di lantai, sementara tempat tidur beralaskan seprei terbaik. Simbol-simbol kekayaan akan dipamerkan, kacang-kacangan, manisan dan buah-buahan disuguhkan untuk para tamu.
Ketika seorang ibu akan melahirkan, pintu kamar bersalin akan ditutup. Demikian pula dengan jendela yang ditutup untuk menghalangi cahaya. Di dalam kamar, ia hanya ditemani seorang bidan yang telah mempelajari praktik persalinan secara turun temurun dan lima atau enam teman dan kerabatnya yang semuanya perempuan. Dalam proses persalinan tersebut, kaum pria tidak diperbolehkan masuk dan menunggui.
Masyarakat Abad Pertengahan mengganggap bahwa persalinan merupakan bagian dari kehidupan yang tidak berhubungan dengan obat-obatan. Semuanya diserahkan pada bidan. Seperti saat ini, tugas bidan pada masa itu juga untuk memudahkan para ibu dalam melahirkan anak-anak mereka. Bidan akan menggosokkan salep pada perut ibu untuk mempercepat persalinan. Jika persalinan berlangsung sulit, maka rambut si ibu akan dilonggarkan dan semua pin yang melekat di rambut akan dicopot. Laci pintu dan lemari akan dibuka. Selain itu, untuk mempermudah proses persalinan, bidan tampaknya juga menggunakan jimat-jimat tertentu dan membisikkan kata-kata ajaib ke telinga pasiennya. Sementara bedah caesar hanya dilakukan sebagai pilihan terakhir.
Menjelang melahirkan seorang ibu akan duduk di sebuah kursi bersalin yang berbentuk seperti tapal kuda―kursi ini masih digunakan sampai tahun 1800an dan pada beberapa keluarga diperlakukan sebagai benda pusaka yang diwariskan secara turun-temurun. Ketika bayi lahir, bidan akan mengikat tali pusar sepanjang empat jari. Bidan kemudian akan memandikan bayi, menggosoknya dengan garam dan meleletkan madu pada palet dan gusi bayi untuk merangsang nafsu makan. Lalu, bayi akan dibungkus dalam kain bedung yang akan diganti setiap tiga jam.
Setelah melahirkan, sang ibu akan tetap berbaring di kamarnya selama sebulan di mana pengunjung setianya adalah bidan dan teman-teman perempuannya. Sebuah kelahiran di Abad Pertengahan juga disambut dengan sukacita, meski mesti dibayar dengan kecemasan yang tak terhingga.
Resiko tersebut tak lepas dari adanya budaya kawin muda. Dalam suatu masyarakat di mana gadis-gadis menikah pada usia 12 tahun, tentu banyak ibu-ibu yang masih berusia remaja. Misalnya, istri ketiga Charlemagne, Hildegard, berusia 14 tahun ketika ia melahirkan anak pertamanya. Setelah melahirkan delapan anak, ia akhirnya meninggal di usia 20an.
Setiap bayi dilahirkan di rumah. Jika bayi-bayi itu berasal dari kalangan petani, mereka dilahirkan sebuah dalam rumah dengan satu atau dua kamar. Berbeda halnya dengan keluarga aristokrasi yang memiliki kamar khusus tempat ibu akan berdiam diri ketika waktu melahirkan sudah dekat. Sebuah kamar berlangit-langit rendah akan memberikan kesegaran atau menaburkan aroma herbal di lantai, sementara tempat tidur beralaskan seprei terbaik. Simbol-simbol kekayaan akan dipamerkan, kacang-kacangan, manisan dan buah-buahan disuguhkan untuk para tamu.
Ketika seorang ibu akan melahirkan, pintu kamar bersalin akan ditutup. Demikian pula dengan jendela yang ditutup untuk menghalangi cahaya. Di dalam kamar, ia hanya ditemani seorang bidan yang telah mempelajari praktik persalinan secara turun temurun dan lima atau enam teman dan kerabatnya yang semuanya perempuan. Dalam proses persalinan tersebut, kaum pria tidak diperbolehkan masuk dan menunggui.
Masyarakat Abad Pertengahan mengganggap bahwa persalinan merupakan bagian dari kehidupan yang tidak berhubungan dengan obat-obatan. Semuanya diserahkan pada bidan. Seperti saat ini, tugas bidan pada masa itu juga untuk memudahkan para ibu dalam melahirkan anak-anak mereka. Bidan akan menggosokkan salep pada perut ibu untuk mempercepat persalinan. Jika persalinan berlangsung sulit, maka rambut si ibu akan dilonggarkan dan semua pin yang melekat di rambut akan dicopot. Laci pintu dan lemari akan dibuka. Selain itu, untuk mempermudah proses persalinan, bidan tampaknya juga menggunakan jimat-jimat tertentu dan membisikkan kata-kata ajaib ke telinga pasiennya. Sementara bedah caesar hanya dilakukan sebagai pilihan terakhir.
Setelah melahirkan, sang ibu akan tetap berbaring di kamarnya selama sebulan di mana pengunjung setianya adalah bidan dan teman-teman perempuannya. Sebuah kelahiran di Abad Pertengahan juga disambut dengan sukacita, meski mesti dibayar dengan kecemasan yang tak terhingga.
nice share...
ReplyDeletethanks dah berkunjung :)
Delete