Sosok Dracula mulai dikenal ketika Bram Stoker meluncurkan novel berjudul “Dracula.” Dalam novel tersebut sang tokoh utama digambarkan sebagai vampir haus darah yang muncul di setiap purnama. Bergentayangan menggerayangi malam dengan sosok yang berubah-ubah: serigala, kelelawar maupun sesosok manusia. Apakah Dracula memang mengerikan sebagaimana digambarkan Bram Stoker? Faktanya, lebih mengerikan dari itu!
Vlad Tsepes III (1431-1476 M) atau lebih popular sebagai Dracula lahir di Transylvania, Rumania. Tak ada catatan resmi tanggal berapa ia dilahirkan. Para sejarawan hanya menduga bahwa ia dilahirkan pada bulan November atau Desember 1431 M. Ia anak kedua dari pasangan Vlad II dan Cneajna, seorang putri dari Moldavian. Sebagai seorang darah biru, ia mendapatkan pelajaran agama, ilmu sosial dan eksakta. Namun, ia lebih suka berlatih kuda. Selain itu, ia juga gemar berkelahi. Kegemarannya berkelahi kemungkinan besar disebabkan oleh lingkungannya yang dipenuhi hiruk-pikuk perang. Nyaris setiap hari ia menyaksikan akibat-akibat perang dan mendengar kisah-kisah tentang peperangan. Lambat-laun, semua itu mendarah daging dalam kesadarannya.
Pada usia 11 tahun Dracula harus ikut menanggung konsekwensi perang. Hutang budi sang ayah, Vlad II, terhadap Kesultanan Turki Ottoman, mengharuskan ia dan saudaranya, Randu, menjadi jaminan. Kakak beradik itu pun harus berpisah dengan orang tua mereka dan tinggal di Turki.
Meski Kesultanan Ottoman memperlakukannya dengan baik, Dracula justru menjadi pribadi pemberontak. Di Turki, salah satu hobinya adalah menyaksikan saat-saat pemancungan kepala para penjahat besar dan pengkhianat. Sifat kejinya juga tercermin dari kegemarannya menyunduk binatang. Di sela-sela waktu luangnya, ia akan menangkap kecoa, tikus, laba-laba, burung dan binatang lainnya, lalu menyunduk binatang-binatang itu layaknya tukang sate menyunduk daging kambing. Ia akan sangat puas melihat binatang-binatang yang disunduknya menggelepar menunggu ajal.
Selepas meninggalkan Turki, kekejian Dracula semakin menjadi. Bisa dikatakan bahwa pada masa pemerintahannya merupakan masa-masa paling mengerikan dalam sejarah Wallachia. Mulai dari rakyat jelata hingga pejabat istananya tak luput menjadi santapan kekejiannya. Sebagian korbannya dibunuh dengan cara disula: ditusuk mulai bagian anus dengan tongkat kayu hingga tembus ke kepala, tenggorokan, punggung atau perut! Setelah sula masuk ke tubuh korban, maka sula tersebut akan dipancangkan sehingga tubuh korban turun sedikit demi sedikit mengikuti berat badan. Pada saat-saat seperti itu, korban akan menggelepar karena rasa sakit yang luar biasa. Penyulaan bagi Dracula tak ubahnya seperti pesta. Dalam pesta kejinya itu, ia bisa menyula 1000-3000 orang. Bahkan, ia pernah menyula 23.000 orang! Sambil melihat korban disula ia akan menikmati hidangan yang tersaji di mejanya tanpa menghiraukan jeritan dan gelepar korban. Setelah korban dipancangkan, ia akan berjalan keliling melihat para korban. Ia akan sangat puas melihat para korban masih berteriak dan bergerak kesakitan.
Selain penyulaan, Dracula juga mempunyai metode-metode penyiksaan lainnya. Di antaranya adalah memotong payudara korban perempuan, merusak alat kelamin, merebus hidup-hidup, menarik korban dengan kuda, mencekik dan menghidangkan korban pada binatang buas. Demi menjalankan metode-metode penyiksaannya itu, Dracula memiliki tempat-tempat khusus:
Para korban akan dibawa ke lapangan penyulaan sehari sebelumnya dan ditempatkan begitu saja tanpa perlindungan. Keesokan harinya, lapangan penyulaan kan segera ramai. Para prajurit akan mempersiapkan segala sesuatunya, sementara para korban hanya diam pasrah. Hanya anak-anak kecil yang tak tahu apa-apa menangis sahut-menyahut.
Ketika matahari sudah meninggi, Dracula dan para pejabat istana menempati tempat duduk yang telah disediakan. Setelah semuanya siap, Dracula akan memerintahkan agar penyulaan segera dimulai. Satu per satu korban pun disula dan dipancangkan di tengah lapangan. Jerit dan lolong kesakitan para korban segera memenuhi berbagai sudut lapangan. Tetapi, Dracula menikmati semuanya dengan riang.
Usai penyulaan, lapangan dipenuhi ribuan mayat yang terpancang dengan berbagai posisi, tapi dengan ekspresi yang sama: menahan sakit yang luar biasa. Selama tiga bulan lebih, mayat-mayat itu dibiarkan begitu saja hingga membusuk dengan sendirinya. Bila penduduk di sekitar lapangan penyulaan tidak tahan, mereka akan membakar mayat-mayat itu.
Dracula akan menikmati penyiksaan-penyiksaan itu di salah satu menara benteng dan tidak akan meninggalkan tempatnya sebelum “pestanya” usai.
Penyiksaan di ruangan ini biasanya berupa pengulitan dan perusakan organ kelamin. Layaknya ahli bedah, Dracula akan menguliti tubuh korban. Suara jeritan korban tampaknya begitu indah baginya sehingga ia betah berjam-jam berada di tempat ini. Takkan ada yang berani yang melintas di depan tempat ini saat Dracula melakukan penyiksaan, termasuk prajurit terkejam sekalipun.
Akibat kekejamannya, penduduk sekitar Wallachia menggambarkan Dracula sebagai titisan setan haus darah. Dari sinilah legenda vampir itu kemungkinan berasal. Semakin lama mitos tentang Dracula berkelindan hingga menutupi fakta siapa sebenarnya Dracula. Tak banyak yang tahu bahwa Dracula adalah salah satu panglima Perang Salib yang telah membantai ± 300.000 umat Islam. Pembantaian itu dilakukannya selain sebagai panglima Perang Salib, juga sebagai upaya balas dendam terhadap Kesultanan Turki Ottoman yang dianggapnya telah merampas masa kecilnya.
Pada akhir hayatnya, Randu, saudaranya sendiri, turut serta dalam memburu kematiannya. Randu juga yang kemudian menggantikannya sebagai penguasa Wallachia.
Vlad Tsepes III (1431-1476 M) atau lebih popular sebagai Dracula lahir di Transylvania, Rumania. Tak ada catatan resmi tanggal berapa ia dilahirkan. Para sejarawan hanya menduga bahwa ia dilahirkan pada bulan November atau Desember 1431 M. Ia anak kedua dari pasangan Vlad II dan Cneajna, seorang putri dari Moldavian. Sebagai seorang darah biru, ia mendapatkan pelajaran agama, ilmu sosial dan eksakta. Namun, ia lebih suka berlatih kuda. Selain itu, ia juga gemar berkelahi. Kegemarannya berkelahi kemungkinan besar disebabkan oleh lingkungannya yang dipenuhi hiruk-pikuk perang. Nyaris setiap hari ia menyaksikan akibat-akibat perang dan mendengar kisah-kisah tentang peperangan. Lambat-laun, semua itu mendarah daging dalam kesadarannya.
Pada usia 11 tahun Dracula harus ikut menanggung konsekwensi perang. Hutang budi sang ayah, Vlad II, terhadap Kesultanan Turki Ottoman, mengharuskan ia dan saudaranya, Randu, menjadi jaminan. Kakak beradik itu pun harus berpisah dengan orang tua mereka dan tinggal di Turki.
Meski Kesultanan Ottoman memperlakukannya dengan baik, Dracula justru menjadi pribadi pemberontak. Di Turki, salah satu hobinya adalah menyaksikan saat-saat pemancungan kepala para penjahat besar dan pengkhianat. Sifat kejinya juga tercermin dari kegemarannya menyunduk binatang. Di sela-sela waktu luangnya, ia akan menangkap kecoa, tikus, laba-laba, burung dan binatang lainnya, lalu menyunduk binatang-binatang itu layaknya tukang sate menyunduk daging kambing. Ia akan sangat puas melihat binatang-binatang yang disunduknya menggelepar menunggu ajal.
Selepas meninggalkan Turki, kekejian Dracula semakin menjadi. Bisa dikatakan bahwa pada masa pemerintahannya merupakan masa-masa paling mengerikan dalam sejarah Wallachia. Mulai dari rakyat jelata hingga pejabat istananya tak luput menjadi santapan kekejiannya. Sebagian korbannya dibunuh dengan cara disula: ditusuk mulai bagian anus dengan tongkat kayu hingga tembus ke kepala, tenggorokan, punggung atau perut! Setelah sula masuk ke tubuh korban, maka sula tersebut akan dipancangkan sehingga tubuh korban turun sedikit demi sedikit mengikuti berat badan. Pada saat-saat seperti itu, korban akan menggelepar karena rasa sakit yang luar biasa. Penyulaan bagi Dracula tak ubahnya seperti pesta. Dalam pesta kejinya itu, ia bisa menyula 1000-3000 orang. Bahkan, ia pernah menyula 23.000 orang! Sambil melihat korban disula ia akan menikmati hidangan yang tersaji di mejanya tanpa menghiraukan jeritan dan gelepar korban. Setelah korban dipancangkan, ia akan berjalan keliling melihat para korban. Ia akan sangat puas melihat para korban masih berteriak dan bergerak kesakitan.
Selain penyulaan, Dracula juga mempunyai metode-metode penyiksaan lainnya. Di antaranya adalah memotong payudara korban perempuan, merusak alat kelamin, merebus hidup-hidup, menarik korban dengan kuda, mencekik dan menghidangkan korban pada binatang buas. Demi menjalankan metode-metode penyiksaannya itu, Dracula memiliki tempat-tempat khusus:
- Lapangan
Para korban akan dibawa ke lapangan penyulaan sehari sebelumnya dan ditempatkan begitu saja tanpa perlindungan. Keesokan harinya, lapangan penyulaan kan segera ramai. Para prajurit akan mempersiapkan segala sesuatunya, sementara para korban hanya diam pasrah. Hanya anak-anak kecil yang tak tahu apa-apa menangis sahut-menyahut.
Ketika matahari sudah meninggi, Dracula dan para pejabat istana menempati tempat duduk yang telah disediakan. Setelah semuanya siap, Dracula akan memerintahkan agar penyulaan segera dimulai. Satu per satu korban pun disula dan dipancangkan di tengah lapangan. Jerit dan lolong kesakitan para korban segera memenuhi berbagai sudut lapangan. Tetapi, Dracula menikmati semuanya dengan riang.
Usai penyulaan, lapangan dipenuhi ribuan mayat yang terpancang dengan berbagai posisi, tapi dengan ekspresi yang sama: menahan sakit yang luar biasa. Selama tiga bulan lebih, mayat-mayat itu dibiarkan begitu saja hingga membusuk dengan sendirinya. Bila penduduk di sekitar lapangan penyulaan tidak tahan, mereka akan membakar mayat-mayat itu.
- Alun-alun
Dracula akan menikmati penyiksaan-penyiksaan itu di salah satu menara benteng dan tidak akan meninggalkan tempatnya sebelum “pestanya” usai.
- Penjara bawah tanah
Penyiksaan di ruangan ini biasanya berupa pengulitan dan perusakan organ kelamin. Layaknya ahli bedah, Dracula akan menguliti tubuh korban. Suara jeritan korban tampaknya begitu indah baginya sehingga ia betah berjam-jam berada di tempat ini. Takkan ada yang berani yang melintas di depan tempat ini saat Dracula melakukan penyiksaan, termasuk prajurit terkejam sekalipun.
- Rumah penduduk
- Ruang istana
Akibat kekejamannya, penduduk sekitar Wallachia menggambarkan Dracula sebagai titisan setan haus darah. Dari sinilah legenda vampir itu kemungkinan berasal. Semakin lama mitos tentang Dracula berkelindan hingga menutupi fakta siapa sebenarnya Dracula. Tak banyak yang tahu bahwa Dracula adalah salah satu panglima Perang Salib yang telah membantai ± 300.000 umat Islam. Pembantaian itu dilakukannya selain sebagai panglima Perang Salib, juga sebagai upaya balas dendam terhadap Kesultanan Turki Ottoman yang dianggapnya telah merampas masa kecilnya.
Pada akhir hayatnya, Randu, saudaranya sendiri, turut serta dalam memburu kematiannya. Randu juga yang kemudian menggantikannya sebagai penguasa Wallachia.
No comments:
Post a Comment