11.10.2012

Sejarah Celengan Dan Maknanya

Celengan (piggy bank) telah digunakan sebagai bank tabungan rumahan sejak zaman kuno. Sebuah miniatur kuil Yunani dari abad 2 atau 1 SM yang ditemukan di kota Ionia, sebuah kota di Priene, dilengkapi dengan slot di dalam pedimennya untuk menjatuhkan koin dan sebuah lubang di bagian belakangnya yang bisa dikunci dan dibuka untuk mengambil hasil tabungan. Sedangkan Uang di China ditemukan kotak yang terbuat dari tanah liat atau porselin yang harus dihancurkan untuk mengambil isinya memastikan bahwa kolektor uang tidak bisa membantu diri mereka sendiri dengan mudah, setidaknya pada awal Dinasti Han di abad 2 SM.
celengan majapahit

Dalam Catatan-catatan Penulis Besar, multi gulungan sejarah China yang ditulis oleh Sima Qian antara 109 dan 91 SM, terdapat kisah moralitas tentang celengan. Diceritakan bahwa Gongsun Hong, seorang menteri tinggi dan akhirnya menjadi marquis Pingjin, dilahirkan dalam miskin: bekerja sebagai sipir penjara, gembala babi dan berbagai pekerjaan rendahan lainnya selama paruh pertama hidupnya. Ia mulai mempelajari sejarah Konghucu kuno negeri Lu dan lulus ujian ilmiah ketika ia berumur 40 tahun dan akhirnya menjadi seorang profesor di mahkamah Kaisar Wu (141-87 SM). Sebelum ia meninggalkan desanya untuk memulai kehidupan barunya, seorang pria tua menyuruhnya untuk mengambil pelajaran dari celengan: jika kamu memenuhi diri dengan harta, kamu akhirnya akan hancur. Sebaliknya, hiduplah hemat seperti kesederhanaan celengan itu sendiri. Dengan cara itu kamu akan mendapatkan uang secara bertahap, kehormatan dan tak seorang pun yang akan mendobrakmu untuk mendapatkan kekayaan dari dalam dirimu. Gongsun Hong mengambil nasihat tersebut hingga akhirnya ia terkenal karena kejujurannya, kepolosannya dan sikap antikorupnya.
Pada abad ke-9, ketika Dinasti Tang berkuasa, celengan menjadi perangkat tabungan rumah tangga, terutama untuk anak-anak. Sebuah inskripsi mengatakan bahwa bank tanah liat itu dibuat untuk merayakan kelahiran seorang anak. Kemudian, koin atau pesona keberuntungan (di China seringkali berbentuk koin bulat dengan lubang persegi di tengahnya) akan diluncurkan melalui slot yang ada pada celengan itu.
Di Inggris, pada abad pertengahan, tanah liat oranye yang disebut “pygg” (diucapkan “pug” dalam bahasa Inggris Pertengahan) digunakan sebagai wadah rumah tangga, termasuk di antaranya sebagai stoples koin. Stoples tersebut memiliki lubang kecil atau slot untuk memasukkan koin, tetapi harus dipecah dulu untuk mengambil koin yang tersimpan di dalamnya.
Kemudian, antara tahun 1400 dan 1700, vokal Inggris terbentuk semakin baik dan maju dalam pengucapannya. Hal ini mengubah pengucapan “pygg” sebagai “pug” menjadi “pig.” Pada abad ke-18, para pengrajin membuat desain baru, salah satunya berbentuk babi (pig), dalam penciptaan celengan. Namun, hanya sedikit dari desain-desain itu yang tersisa. Abad berikutnya, celengan ditambahi penyumbat yang bisa dilepas.
Apa yang terjadi di Inggris, juga terjadi di Kerajaan Majapahit (1293-1500). Sekitar tahun 1300, sejumlah besar koin kepeng tembaga China diimpor ke Majapahit. Meskipun Jawa telah memiliki koin emas dan perak, peningkatan kemakmuran nonpertanian di bawah Kerajaan Majapahit menciptakan kebutuhan baru berupa nilai tunai yang lebih rendah yang dapat digunakan untuk membeli barang dan jasa. Pasca impor tersebut, Majapahit kemudian mengganti koin tembaga dengan bentuk kepeng Cina. Setelah orang-orang mulai terbiasa dengan bentuk baru tersebut, mereka kemudian merasa membutuhkan tempat untuk menyimpannya di rumah. Masuklah celengan pertama berbentuk babi hutan (celeng).
Seperti halnya babi, celeng juga subur, memiliki selera besar dan suka berkubang. Dengan demikian celeng adalah simbol kemakmuran, keberuntungan dan penghubung antara manusia dengan bumi. Oleh karena itu, tanah liat yang diambil dari bumi akan dibentuk menjadi seekor babi kecil nan gendut dan digunakan untuk menyimpan koin.
Pada abad ke-15, terakota celengan dibuat dalam segala bentuk dan ukuran. Mereka sangat umum di semua kelas. Sejumlah besar celengan, telah digali di sekitar Wilwatikta (Trowulan), ibukota Majapahit. Beberapa di antaranya dipajang di Museum Nasional Indonesia di Jakarta. Sayangnya, banyak di antara celengan-celengan tersebut ditemukan dalam keadaan rusak. Tak mengherankan, sebab untuk mengambil simpanan, mereka mesti menghancurkan celengannya. Uniknya, celengan Majapahit berbentu sesuai aslinya: berbentuk babi hutan, lengkap dengan testis.

1 comment :

  1. Anonymous24.2.15

    kan celengan dari bahasa jawa celeng(babi) english piggy bank, yg zaman yunani di kuil bukan celengan tp kotak amal

    ReplyDelete