11.06.2012

Hukuman-hukuman Pada Zaman Dinasti Tang

Meskipun banyak cerita menggoda tentang hukuman kejam dan tidak biasa di Cina kuno, misalnya lingchi yang juga dikenal sebagai kematian dengan seribu luka, namun Dinasti Tang (618-907 SM) benar-benar memiliki salah satu sistem hukuman yang paling rinci dan sistematis di dunia kuno.

Selama masa Dinasti Tang ada tingkatan hukuman yang merinci bagaimana berbagai kejahatan harus dihukum. Meskipun tidak setiap hakim harus mentaati kode ini, kelimnya memberikan cara yang sistematis untuk menjatuhkan hukuman. Lima tingkat hukuman tersebut adalah sebagai berikut:
  1. Dirotan dengan batang ringan
  2. Digebuk dengan batang berat
  3. Pidana penghambaan (kerja paksa)
  4. Pengasingan
  5. Kematian
Sedangkan untuk wanita, hukumannya dibedakan dari laki-laki. Seorang penjahat wanita dihukum dengan lima hukuman berikut:
  1. Kerja paksa menggiling gandum
  2. Jari-jari dijepit tongkat
  3. Dipukul dengan tongkat kayu
  4. Izin untuk bunuh diri
  5. Kurungan
Lantas, bagimana dengan hukuman mati? Selama masa pemerintahan Kaisar Xuanzong, hanya kaisar yang bisa menjatuhkan hukuman mati terhadap narapidana. Hal ini mengakibatkan rendahnya jumlah eksekusi pada masa pemerintahannya: 24 eksekusi pada tahun 730 dan 58 eksekusi pada tahun 736. Pada tahun 747, kaisar menghapuskan hukuman mati sama sekali. Namun, setelah pemerintahannya digulingkan oleh pemberontakan Lushan An, hukuman mati dihidupkan kembali.
Dua metode eksekusi yang paling umum digunakan semasa Dinasti Tang adalah pencekikan dan pemenggalan. Dari kedua metode tersebut, pemenggalan dianggap yang terkejam karena membuat tubuh tidak lengkap sehingga tidak layak untuk reinkarnasi.
Hukuman paling kejam bukan hanya eksekusi, tapi apa yang dikenal sebagai pembasmian sembilan keluarga. Praktek ini berlaku jauh sebelum masa Dinasti Tang. Awalnya, pembasmian ini berlaku terhadap sebuah klan atau suku penjahat yang merupakan sebuah keluarga besar. Tetapi, setelah Dinasti Tang berkuasa, pembasmian sembilan keluarga terbatas pada orang tua, anak di atas enam belas tahun, dan kerabat dekat lainnya. Hukuman pembasmian itu pun hanya diberlakukan untuk pengkhianat negara.
Ratu Wu Zetian
Anehnya, salah satu eksekusi paling kejam pada masa Dinasti Tang bukan atas perintah kaisar. Sebaliknya, eksekusi itu justru diperintahkan oleh seorang ratu yang menentang kebijakan kaisar:
Ratu Wu Zetian (625-705 AD) punya dua rival, mantan Ratu Wang dan Permaisuri Xiao. Kedunya dituduh melakukan praktek sihir sehingga dipenjarakan di istana. Ketika Kaisar datang untuk melihat mereka, kedua wanita itu memohon pengampunan kaisar. Keduanya juga meminta kaisar mengingat masa-masa ketika masih bersama. Kaisar mulai bimbang dan berjanji untuk membebaskan mereka. Tetapi, kebimbangan dan janji kaisar Ratu Wu semakin murka. Ratu Wu kemudian mencambuk dua wanita itu serta memotong tangan dan kaki mereka. Ia juga memerintahkan agar mereka dimasukkan ke dalam dua botol anggur berukuran besar. Kedua wanita itu mendekam dalam botol selama berhari-hari sebelum akhirnya meninggal di sana. Konon, sebelum Permaisuri Xiao meninggal, ia mengutuk Ratu Wu dan mengancam akan bereinkarnasi sebagai kucing, sedangkan Ratu Wu sebagai tikus. Oleh karena itu, Ratu Wu kemudian membuang semua kucing dari istana dan mengatakan bahwa kedua wanita itu muncul dalam mimpi buruknya dengan rambut kusut dan lengan berdarah, berusaha untuk membunuhnya.
Ratu Wu difitnah oleh generasi berikutnya sebagai perampas yang mencoba untuk memulai Dinasti Zhou di tengah-tengah Dinasti Tang sehingga ada kemungkinan bahwa cerita kekejamannya itu mungkin dibesar-besarkan.
referensi

No comments :

Post a Comment