11.15.2012

7 Sosok Menarik Dalam Perang Dunia II

Perang Dunia II adalah konflik bersenjata terbesar dalam sejarah modern dengan melibatkan lebih dari 100 juta personil militer. Selama perang, kekuatan besar dunia mengorganisir diri menjadi dua aliansi militer yang berlawanan, Sekutu dan Axis. Banyak jenderal militer penting dan tentara yang muncul di kedua kubu. Namun, artikel ini akan mengupas sepuluh orang unik yang terlibat dengan Perang Dunia II. Orang-orang yang membuat dampak dan memberikan cerita yang menarik.
  • Lyudmila Pavlichenko
Lyudmila Pavlichenko lahir di Bila Tserkva pada tanggal 12 Juli 1916. Ia pindah ke Kiev bersama keluarganya pada usia empatbelas tahun di mana ia bergabung dengan klub menembak hingga berkembang menjadi seorang penembak jitu. Pada bulan Juni 1941, Nazi Jerman memulai invasinya atas Uni Soviet di mana pada saat itu Pavlichenko menapaki tahun keempatnya belajar sejarah di Universitas Kiev. Ia kemudian mendaftarkan diri sebagai sukarelawan di kantor perekrutan dan ia tergabung dalam Divisi Senapan ke-25 Tentara Merah. Ia menjadi salah satu di antara 2.000 penembak jitu perempuan di kesatuan Tentara Merah dan berjuang selama sekitar dua setengah bulan di dekat Odessa di mana ia mencatat 187 kill. Ketika Jerman menguasai Odessa, unitnya dikirim ke Sevastopol di Semenanjung Krimea. Di sana ia berjuang selama lebih dari 8 bulan. Pada bulan Mei 1942, Southern Army Council mencatat bahwa Letnan Pavlichenko telah membunuh 257 tentara Jerman. Total, selama Perang Dunia II ia telah membunuh 309 orang, termasuk 36 penembak jitu musuh. Ia pun dianggap sebagai penembak jitu wanita paling mematikan dalam sejarah peperangan. Pada bulan Juni 1942, ia terkena tembakan mortar sehingga ditarik dari pertempuran kurang dari sebulan setelah pulih dari luka-lukanya.
Pasca perang, Lyudmila Pavlichenko dikirim ke Kanada dan Amerika Serikat untuk kunjungan publisitas. Ia pun menjadi warga negara Soviet pertama yang diterima oleh Presiden AS, Franklin Roosevelt, ketika menyambutnya di Gedung Putih. Ia juga menyelesaikan pendidikannya di Universitas Kiev dan memulai karir sebagai seorang sejarawan. Lyudmila Pavlichenko meninggal pada tanggal 10 Oktober 1974, pada usia 58 tahun. Ia dimakamkan di Pemakaman Novodevichye di Moskow. Untuk mengingat jasa-jasanya, pada tahun 1976 pemerintah Soviet mengeluarkan perangko bergambar dirinya dan sebuah kapal kargo Ukraina dinamai dirinya.
  • Juan Pujol
Juan Pujol lahir di Barcelona, Spanyol. Ia membenci perluasan Nazi Jerman dan Uni Soviet, setelah pengalamannya bersama fasisme dan komunisme selama Perang Saudara. Sekitar tahun 1940 ia memutuskan untuk membantu Inggris. Awalnya, ia mendekati komandan Inggris, tetapi mereka tidak menunjukkan minat untuk mempekerjakannya sebagai mata-mata. Ia kemudian membuktikan dirinya sebagai agen Jerman yang bekerja di Lisbon. Akhirnya, ia membuat kontak dengan intelijen Inggris dan sekali lagi menawarkan jasanya. Kali ini ia diterima dan dipindahkan ke Inggris pada musim semi tahun 1942, lalu dioperasikan sebagai agen ganda di bawah naungan XX Committee. Spymasternya bernama Cyril Bertram Mills, namun yang ia tahu hanya sebagai Mr. Grey. Informasi yang diberikan oleh Pujol kepada Jerman dirancang oleh Mills yang di dalamnya termasuk sejumlah peristiwa sungguhan dalam rangka untuk membuat laporan tampak lebih meyakinkan.
Sebagai agen Inggris, Juan Pujol memiliki codename Garbo, sedangkan sebagai agen Jerman codenamenya adalah Arabel. Ia merupakan salah satu agen ganda paling penting selama Perang Dunia II dan memainkan peran kunci dalam keberhasilan Operasi Fortitude, sebuah operasi penipuan yang dimaksudkan untuk menyesatkan Jerman tentang waktu dan lokasi Invasi Normandia.
Atas jasa-jasanya dalam membantu Sekutu, Pujol menerima MBE dari pemerintah Inggris. Ironisnya,, ia juga menerima Iron Cross dari pemerintah Jerman. Nazi tidak pernah menyadari bahwa dirinya telah menipu mereka. Dengan demikian, ia menerima menjadi salah satu dari sedikit orang selama Perang Dunia II yang menerima penghargaan dari kedua belah pihak. Setelah perang, Pujol memalsukan kematiannya dan pindah ke Venezuela. Ia kemudian dilaporkan tinggal di Choroni, sebuah kota di dalam Taman Nasional Henri Pittier, di dekat Laut Karibia. Ia meninggal pada 1988 dan dimakamkan di pemakaman kota Choroni.
  • Hiroo Onoda
Hiroo Onoda adalah seorang perwira intelijen terlatih Jepang. Pada tanggal 26 Desember 1944, ia dikirim ke Pulau Lubang di Filipina dan diperintahkan untuk melakukan semua yang ia bisa untuk menghambat serangan musuh di pulau itu, termasuk menghancurkan landasan dan dermaga di pelabuhan jika diperlukan. Ia diperintahkan untuk tidak menyerah atau bunuh diri. Namun, pada tanggal 28 Februari 1945, AS dan pasukan militer Filipina menguasai pulau. Dalam waktu singkat, semua tentara Jepang, kecuali Onoda dan tiga tentara lainnya, tewas atau menyerah. Hiroo Onoda dan anak buahnya yang tersisa itu kemudian menaiki bukit. Pada bulan Oktober 1945, mereka melihat brosur yang mengklaim bahwa perang sudah berakhir: “Perang berakhir pada 15 Agustus. Turunlah dari gunung.” Namun, mereka tidak percaya dan menyimpulkan bahwa brosur itu adalah propaganda Sekutu.
Menjelang akhir tahun 1945 selebaran-selebaran dijatuhkan dari udara. Pada selebaran-selebaran itu tercetak perintah penyerahan diri dari Jenderal Angkatan Darat Jepang di Wilayah 14, Tomoyuki Yamashita. Namun, Onoda tak menghiraukannya. Pada tahun 1952, foto keluarga dijatuhkan dari pesawat agar Onoda dan anak buahnya menyerah, namun mereka menyimpulkannya sebagai tipuan. Mereka pun terus bergerilya selama beberapa dekade setelah perang. Pada tahun 1972, salah satu di antara mereka ditembak mati ketika ia tertangkap basah membakar padi yang telah dikumpulkan oleh para petani. Kemudian, pada bulan Februari 1974, Onoda bertemu dengan seorang Jepang, Norio Suzuki, yang berkeliling dunia. Namun, Onoda masih menolak untuk menyerah dan mengatakan bahwa dirinya sedang menunggu perintah dari atasan. Suzuki pun kembali ke Jepang dengan membawa foto-foto dirinya bersama Onoda sebagai bukti pertemuan mereka. Pemerintah Jepang kemudian mencari komandan Onoda, Mayor Taniguchi, yang menjadi penjual buku setelah perang berakhir. Taniguchi lantas terbang ke Pulau Lubang. Pada 9 Maret 1974 ia memberi tahu Onoda tentang kekalahan Jepang dalam Perang Dunia II dan memerintahkan Onoda untuk meletakkan senjata.
Akhirnya, Letnan Onoda menerima perintah komandannya itu dan keluar dari hutan yang menjadi basis gerilyanya selama 29 tahun setelah berakhirnya Perang Dunia II. Ia masih mengenakan seragamnya, lengkap dengan pedang, senapan Arisaka Type 99, 500 butir amunisi dan beberapa granat tangan. Penyerahan ini membuatnya menjadi prajurit pejuang Jepang kedua terakhir dalam Perang Dunia II (pertama adalah Teruo Nakamura). Onoda menewaskan sekitar tiga puluh penduduk Filipina dan terlibat dalam baku tembak dengan polisi selama bertahun-tahun, tetapi ia menerima pengampunan dari Presiden Ferdinand Marcos. Setelah kembali ke Jepang, Onoda menjadi selebriti dan begitu populer sehingga didesak untuk mencalonkan diri sebagai Diet.
  • Jack Churchill
Jack Churchill lahir di Hong Kong dari orangtua yang berkewarganegaraan Inggris. Setelah lulus dari Sandhurst pada tahun 1926, ia bertugas di Burma bersama Resimen Manchester. Selama pertengahan tahun 1930an, ia menggunakan talenta memanahnya untuk memainkan peran kecil dalam film The Thief of Bagdad. Setelah Polandia diserbu Jerman pada tahun 1939, ia segera menjadi sukarelawan. Pada bulan Mei 1940, ia dan unitnya, Resimen Manchester, menyergap sebuah patroli Jerman di dekat L'Epinette, Perancis. Ia memberikan sinyal untuk menyerang dengan merobohkan Sersan Feldwebel menggunakan panah berdurinya. Keberhasilannya merobohkan tentara musuh dengan panah itu membuatnya menjadi satu-satunya tentara Inggris yang membunuh musuh dengan panah selama Perang Dunia II. Ia pun segera terkenal sebagai tentara Inggris yang berperang menggunakan senjata busur, panah dan claymore (pedang).
Untuk kedua kalinya Jack Churchill terjun dalam serangan terhadap pasukan Jerman di Vagsoy, Norwegia, pada tanggal 27 Desember 1941. Atas aksi-aksinya di Dunkirk dan Vaasgo., ia menerima Military Cross and Bar. Tiga tahun kemudian, unitnya diperintahkan untuk menyerang Brač, sebuah pulau yang dikuasai Jerman. Dalam serangan itu, sebuah mortir menewaskan atau melukai sebagian besar anak buahnya. Ia sendiri pingsan sehingga ditangkap dan diterbangkan ke Berlin untuk diinterogasi. Ia kemudian dipindahkan ke kamp konsentrasi Sachsenhausen. Pada akhir April 1945, ia dipindahkan ke Tyrol bersama sekitar 140 narapidana kamp konsentrasi lainnya. Setelah tentara Jerman kalah perang, para tahanan ditinggalkan. Churchill berjalan 150 mil menuju Verona, Italia, di mana ia bertemu pasukan lapis baja Amerika. Perang Pasifik masih berlangsung dan ia ingin berjuang. Oleh karena itu, ia dikirim ke Burma. Tetapi, saat ia mencapai India, Hiroshima dan Nagasaki telah dibom dan perang tiba-tiba berakhir. Bukannya bahagia, ia justru menggerutu karena perang telah berakhir. "Kalau bukan karena Yank sialan itu, kita bisa terus berperang sampai 10 tahun!" katanya.
Tahun-tahun berikutnya, Jack Churchill menjabat sebagai instruktur di sekolah perang darat-udara di Australia. Selain itu, ia juga aktif mengikuti olah raga selancar. Kembali di Inggris, ia menjadi orang pertama yang menari-nari di atas ombak setinggi lima kaki di River Severn dengan papan selancarnya. Ia akhirnya pensiun dari kemiliteran pada tahun 1959 dengan dua penghargaan Distinguished Service Order. Ia meninggal di Surrey pada tahun 1996.
  • Audie Murphy
Audie Murphy lahir dan besar di Texas. Ia adalah anak keenam dari duabelas bersaudara. Selama tahun 1930an ia bekerja di sebuah toko dan pom bensin di Greenville, Texas. Pada usia 18, ia diterima di Angkatan Darat Amerika Serikat. Ia ditolak oleh marinir dan pasukan payung karena terlalu pendek (166.4 cm). Ia juga ditolak oleh Angkatan Laut. Akhirnya, ia dikirim ke Camp Wolters, Texas, untuk menjalani pelatihan dasar Pada tanggal 10 Juli 1943, Invasi Sisilia menjadi misi tempur pertamanya. Tak lama setelah tiba di Sisilia, ia dipromosikan menjadi kopral setelah membunuh dua perwira Italia saat mereka mencoba melarikan diri dengan menunggang kuda. Setelah Sisilia terbebas dari pasukan Axis, Divisi ke-3 mendarat dekat Salerno sebagai bagian dari uapaya untuk menginvasi daratan Italia. Saat di Italia, keterampilannya sebagai infanteri tempur membuatnya mendapatkan banyak promosi dan penghargaan atas keberaniannya. Ia meraih Distinguished Service Cross atas keikutsertaannya dalam kampanye militer di Perancis yang berlangsung selama tujuh minggu. Di Perancis, divisinya menderita 4500 korban. Ia juga berpartisipasi dalam pertempuran di Holtzwihr di mana dirinya diberi Medal of Honor atas, kepemimpinan dan manuver taktisnya. Secara keseluruhan ia menghabiskan dua puluh tujuh bulan untuk bertempur di front Eropa.
Audie Murphy menjadi tentara Amerika yang paling banyak mendapatkan penghargaan selama Perang Dunia II. Total, ia menerima 33 medali dari AS, lima medali dari Perancis dan satu dari Belgia. Ia menerima setiap medali AS yang tersedia pada saat itu, lima di antaranya diberikan lebih dari sekali.
Setelah perang, Murphy menjadi bintang film terkenal yang muncul di 44 film. Ia juga menemukan beberapa keberhasilan sebagai komposer musik country. Pada tahun 1971, ia meninggal dunia pada usia 45 dalam kecelakaan pesawat. Ia dimakamkan dengan penghormatan militer penuh dan dimakamkan di Arlington National Cemetery. Kuburan Murphy di Arlington adalah kuburan kedua yang paling banyak dikunjungi setelah Presiden John F. Kennedy.
  • Mikhail Devyatayev
Mikhail Devyatayev lahir pada tanggal 8 Juli 1917 di Mordovia. Pada tahun 1941, ia memasuki Perang Dunia II sebagai pilot pesawat tempur Soviet. Dengan gagah berani ia membela tanah airnya melawan invasi Nazi. Pada tanggal 23 September 1941, ia terluka parah dalam pertempuran dan tidak melanjutkan tugasnya sebagai pilot pesawat tempur hingga Mei 1944, setelah pertemuannya dengan jagoan Soviet, Aleksandr Ivanovich Pokryshkin.
Pada 13 Juli 1944 pesawat Devyataev ditembak jatuh di dekat Lvov, di atas wilayah yang dikuasai Jerman. Ia menjadi tawanan perang dan menghuni kamp konsentrasi Łódź. Ia segera melakukan upaya untuk melarikan diri, tetapi tertangkap dan dipindahkan ke kamp konsentrasi Sachsenhausen. Ia menyadari bahwa sebagai pilot Soviet ia akan menerima kebrutalan ekstrim, sehingga ia pun bertukar identitas dengan infanteri Soviet yang telah gugur.
Dengan identitas barunya, Devyataev dipindahkan ke kamp Usedom untuk menjadi bagian dari tenaga kerja paksa yang mengerjakan program rudal Jerman di Pulau Peenemünde. Keamanan di pulau dijaga begitu ketat. Namun, Devyataev berhasil meyakinkan sembilan tahanan lainnya dalam kelompok kerjanya bahwa mereka bisa melarikan diri dan ia bisa menerbangkan. Pada pagi hari tanggal 8 Februari 1945, mereka membunuh penjaga Jerman dan berhasil mengambil alih komando kamp. Devyataev kemudian menerbangkan 111 H22 bomber dari pulau itu. Reich Ketiga berusaha keras untuk mencegat pesawat pembom itu, namun Devyatayev berhasil mendarat dengan selamat di wilayah yang dikuasai Soviet. Para pelarian lalu memberikan informasi penting tentang program rudal Jerman, terutama tentang V-1 dan V-2. Namun, polisi Soviet tidak mempercayainya dengan alasan bahwa mustahil bagi tahanan untuk mengambil alih pesawat tanpa kerja sama dari Jerman. Dengan demikian, ia dicurigai sebagai mata-mata Jerman dan dikirim ke sebuah unit pidana militer bersama dengan sembilan orang lainnya. Devyataev menghabiskan sisa-sisa perang di penjara.
Setelah perang berakhir, Devyatayev tetap berstatus kriminal sehingga ia sulit mendapatkan pekerjaan. Pemerintah Soviet akhirnya membersihkan namanya pada tahun 1957 setelah kepala program luar angkasa Soviet, Sergey Korolyov, secara pribadi mengangkat kasusnya dengan alasan bahwa informasi yang diberikan oleh Devyataev dan pelarian lainnya bersifat kritis bagi program luar angkasa Soviet.
Sejak saat itu, Mikhail Devyatayev menjadi pahlawan di Uni Soviet serta menjadi subyek beberapa buku dan artikel surat kabar. Ia meninggal pada tahun 2002 pada usia 85 tahun dan dimakamkan di sebuah pemakaman tua di Lapangan Arsk, Kazan, di dekat Memorial Perang Dunia II.
  • Albert Pierrepoint
Albert Pierrepoint lahir di Clayton, Inggris. Sebagai seorang anak, tampaknya ia terpengaruh oleh pekerjaan ayahnya yang menjadi algojo. Pada musim gugur 1931, ia menerima wawancara pertamanya di Penjara Strangeways, Manchester. Setelah seminggu pelatihan di Penjara Pentonville, London, nama Pierrepoint telah ditambahkan ke List of Assistant Executioners pada tahun 1932. Pada waktu itu, para algojo dan asisten mereka diminta untuk sangat berhati-hati dan menjaga diri mereka dengan cara yang terhormat, terutama menghindari kontak dengan pers.
Pierrepoint melakukan tugasnya sebagai algojo utama saat mengekskusi gangster Tony Mancini di Penjara Pentonville pada 17 Oktober 1941. Setelah Perang Dunia II berakhir, otoritas pendudukan Inggris melakukan serangkaian hukuman pada staf kamp konsentrasi Jerman.
Selama Belsen Trial pertama, sebelas hukuman mati dijatuhkan pada bulan November 1945. Disepakati bahwa Pierrepoint yang akan melakukan eksekusi dan pada tanggal 11 ia terbang ke Jerman untuk pertama kalinya guna menjalankan tugasnya. Selama empat tahun berikutnya, Pierrepoint pergian ke Jerman dan Austria sebanyak 25 kali untuk mengeksekusi 200 penjahat perang. Pers segera menemukan identitasnya dan ia menjadi selebriti, dipuji sebagai pahlawan perang.
Pierrepoint mengundurkan diri pada tahun 1956 karena ketidaksepakatannya dengan Home Office atas feenya. Diyakini bahwa ia telah mengeksekusi setidaknya 433 pria dan 17 wanita, termasuk Irma Grese dan 202 penjahat perang Nazi setelah Perang Dunia II. Ia dan istrinya, Anne, pensiun di kota tepi laut, Southport, di mana ia meninggal pada 10 Juli 1992 di rumah jompo.

No comments:

Post a Comment