10.20.2012

Sejarah Tes Urin

Pada masa lalu, untuk menganalisis urin untuk keperluan medis, para dokter mengandalkan kelima panca inderanya dan takhayul. Tapi, kadang-kadang mereka juga membutuhkan sedikit bantuan dan metode ekstra untuk memprediksi beberapa hal yang meragukan.
Salah satu metode yang digunakan adalah uroscopy, sebuah praktek medis dengan cara memeriksa urin pasien. Praktek medis ini merupakan praktek medis bersejarah yang digunakan oleh bangsa-bangsa kuno seperti Mesir, Babel, India, Sumeria, Romawi dan Bizantium. Pada 4000 SM, dokter-dokter Babilonia dan Sumeria menulis hasil evaluasi mereka pada tanah liat. Kemudian, di Yunani kuno, Hippocrates, sering disebut bapak kedokteran Barat, mengatakan tentang pentingya urin ini: "Tidak ada sistem organ tubuh manusia yang menyediakan begitu banyak informasi tentang ekskresi selain sistem kemih," tulisnya.
Pada abad pertengahan akhir, studi urin telah memadat menjadi praktek yang dikenal sebagai uroscopy. Dokter abad pertengahan mengaitkan hampir setiap penyakit dengan karakteristik urin dan memeriksa botol urin mereka. Uroscopy juga muncul dalam tulisan-tulisan Shakespeare. Pada zaman Henry IV, ketika Falstaff itu bertanya "Apa kata dokter tentang air saya?" Ia tidak hanya bertanya tentang kesehatan urinnya, karena urin begitu sentral di dunia kedokteran pada waktu itu. Ia secara efektif meminta hasil pemeriksaan seluruh hidupnya.
Dalam uroscopy diperlukan termos uroscopy, sebuah termos yang bentuknya mirip gelas labu untuk menampung urin pasien. Termos tersebut harus transparan, tidak boleh berwarna, dan harus memiliki ketebalan yang sama. Selain termos uroscopy, diperlukan pula roda uroscopy (sebuah diagram yang menghubungkan warna urin terhadap penyakit tertentu). Pada diagram tersebut terdapat duapuluh gambar termos uroscopy yang masing-masing mewakili warna urin yang berbeda-beda. Masing-masing termos memiliki garis yang terhubung dengan ringkasan penyakit tertentu. Ini utuk mempermudah doket melakukan diagnosis.
Kendala dalam uroscopy adalah suhu. Suhu saat urin diperiksa merupakan hal yang sangat penting. Suhu eksternal harus sama dengan suhu internal. Ketika seorang pasien buang air kecil, urin akan hangat sehingga perlu untuk menjaga urin tetap hangat demi evaluasi yang tepat. Bila suhu turun, partikel dan kotoran yang terkadung dalam urin akan sulit dievaluasi. Masalah ini kemudian teratasi setelah Richard Bright pada abad ke-19 menemukan sebuah teknik yang memungkinkan dokter untuk memeriksa urin pasien secara efektif setelah suhunya turun. Proses ini melibatkan pemanas air di mana urin dalam labu uroscopy akan dipanaskan sehingga kristal yang terbentuk selama hilangnya suhu akan terpecah. Akibatnya, urin akan menjadi tipis lagi. Proses ini sangat efektif, tapi dokter juga harus berhati-hati untuk tidak mengguncangnya.
Kendala lainnya adalah pencahayaan. Dokter tidak boleh memeriksa urin di bawah pencahayaan yang terlalu terang atau terlalu redup karena akan mempengaruhi penglihatan terhan terhadap warna urin.
Penyakit-penyakit yang berhasil didiagnosis dengan menggunakan uroscopy antara lain: Diabetes mellitus di mana dokter akan mencicipi urin pasien. Bila rasanya manis, si pasien berarti menderita diabetes.
Penyakit ginjal. Jika urin pasien berwarna merah dan atau berbusa, maka ginjal si pasien bermasalah.
Penyakit kuning. Dokter akan menguji dengan menggunakan visi mereka. Jika urin memiliki warna kecoklatan maka pasien akan kemungkinan besar memiliki penyakit kuning.
Tumor saluran kemih. Dokter akan menguji urin dengan menggunakan pemeriksaan visual. Jika urin memiliki darah di dalamnya, maka pasien menderita tumor di saluran kemihnya.
Saat ini kita melihat uroscopy sebagai alat yang agak tidak dapat diandalkan. Dengan memudarnya alkimia dan pengenalan pendekatan ilmiah yang lebih iatrochemistry di dunia kedokteran―oleh Profesor Francois de le Boe Sylvius (1614-1672)―metode kimia pertama mulai digunakan untuk mendeteksi keberadaan konstituen urin yang mungkin menjadi nilai diagnostik. Adalah mahasiswa Sylvius, Frederik Dekkers (1648-1720), yang menunjukkan adanya protein dalam urin dan menjelaskan untuk pertama kalinya fenomena albuminuria. Namun, temuan itu kemudian terlupakan dan ditemukan kembali sekitar 1765 oleh seorang dokter Italia, Domenico Cotugno.
Selanjutnya, dua orang Perancis, Rayer dan Vigla, memperkenalkan mikroskop untuk memeriksa deposit urin pada tahun 1837 dan foto-foto pertama sel dalam urin yang diambil pada tahun 1845. Tahun 1844 Golding Bird kemudian mendeskripsikannya dalam buku " Urine Deposits: Their Pathology and Therapeutical Indication" yang memunculkan terobosan akhir mikroskop terhadap sedimen urin yang memungkinkan untuk membedakan komponen terorganisir dan non-terorganisir.
Golding Bird
Pada abad ke-19, obat dan kimia berubah secara mendasar berkat pengenalan metode analisis baru. Analisis kimia memperoleh tempat permanen dalam pengujian urin. Ratusan analisis digambarkan dalam jurnal medis dan digunakan oleh dokter dalam praksis mereka. Namun, kebanyakan dari dokter-dokter tersebut benar-benar terlupakan. Hanya beberapa nama yang masih terdengar akrab: Bang, Bence Jones, Fehling, Heller, Esbach, Tollens.
Beberapa uji kualitatif―setelah pengenalan metode kimia analitik seperti Volumetri, gravimetri dan kemudian juga kolorimetri―direkonstruksi menjadi varian kuantitatif, seperti yang terjadi misalnya dengan penentuan gula dalam urin menurut Fehling dan Benedict. Bahkan beberapa metode abad ke-19 mengalami kebangkitan kedua dengan pengenalan metode kimia kering di paruh kedua abad ke-20.
Bersama dengan perkembangan kimia analitik serta kimia fisiologis jumlah metabolit dalam urin yang dapat diukur secara kuantitatif tumbuh cepat: klorida (menurut Votocek atau Volhardt), fosfat (Briggs), nitrogen (Kjeldahl, Folin), asam urat (Folin), urea (Conway, Folin, Marshall), kreatinin (Folin), protein (Scherer) dan sebagainya. Meningkatkan pengetahuan tentang enzim dan signifikansi mereka, menyebabkan pengukuran diastase dalam urin menurut Wohlgemuth. Kepadatan urin diukur dengan picnometer atau aerometer. Sedangkan polarimeter yang disajikan untuk menentukan gula dalam urin.
Analisis urin secara kimiawi sebelum Perang Dunia II masih sangat sederhana. Lalu, berubah secara signifikan setelah perang berkat pengenalan teknik analisis baru seperti elektroforesis dan fotometri nyala yang awalnya diperkenalkan sekitar tahun 1935 oleh Tiselius dan Lundegarth.
Sebuah kontribusi besar dalam urinalisis adalah pengenalan metode "kimia kering" pada tahun 1950an. Berdasarkan metode klasik Fehling/Benedict, perusahaan Amerika Ames mengembangkan tablet tes bernama Clinitest diluncurkan ke pasaran. Tes itu untuk mengurangi gula dan segera sesudahnya diikuti oleh tes urine lainnya. Pengenalan tes dipstick (Clinistix) untuk dibaca dan dibandingkan dengan skala warna, membuat pendekatan semi-kuantitatif dimungkinkan. Pada 1980an, testpad yang digabungkan dalam satu strip untuk misalnya leukosit, eritrosit dan protein sehingga memungkinkan penggunaannya sebagai layar untuk menyaring sampel yang dibutuhkan mikroskop. Dalam perjalanan waktu, visual manusia digantikan oleh analisis reflectometry. Analisis urine otomatis menggantikan keahlian lama melihat urin. Sebagai contoh generasi terbaru analisis urin yang disebut iQ200 Automated Urine Microscopy Analyzer of Iris Diagnostics Division dapat dianggap sebagai uroscopy generasi ketiga.
Dalam sejarah Mesir urin juga digunakan dalam pengujian kehamilan. Tetapi, caranya sangat primitif, yaitu dengan membandingkan waktu tumbuh biji-bijian yang dibasahi dengan air kencing perempuan. Sejarah penentuan kehamilan dengan urin memiliki yang sangat dekat dengan endokrinologi dan sejarahnya. Selama berabad-abad penggunaan benih atau hewan―katak―diperlukan untuk menentukan kehamilan. Perkembangan endokrinologi dan pengenalan tes hCG untuk menentukan gravitasi kemudian menjadi metode baru yang tersedia, baik di dalam laboratorium ataupun untuk pengujian di rumah. Dalam beberapa aspek, urin tetap mengumpulkan semua jenis informasi tentang tubuh, seperti nenek moyang kita percaya.
myhealthnewsdaily
io9
wikipedia
nvkc

1 comment :

  1. Anonymous19.7.14

    btw, dokter akan mencicipi urin pasien?
    kalau manis berarti penderita diabetes?
    serius lo?

    ReplyDelete