10.15.2012

Penghijauan Ala Jenghis Khan

Tahun 1206 M, Jenghis Khan [Чингис Хаан] memulai invasi yang melanda sebagian besar Asia, Timur Tengah dan Eropa Timur. Selain menciptakan kerajaan terbesar di dunia, invasi tersebut juga memunculkan satu dampak global. 
Menurut  Julia Pongratz dari Carnegie Institution's Department of Global Ecology, apa yang dilakukan Jenghis Khan dan imperiumnya selama hampir dua abad, sebenarnya telah membuat bumi adem. "Ini adalah kesalahpahaman umum bahwa dampak manusia terhadap iklim berawal dari pembakaran batubara dan minyak dalam skala besar di era industri," kata Pongratz. "Sebenarnya, manusia mulai mempengaruhi lingkungan ribuan tahun yang lalu dengan mengubah penutup vegetasi lanskap bumi saat membersihkan hutan untuk  lahan pertanian."
Solusi atas permasalahan adalah penghijauan. Saat pasukan Mongol menyerbu Asia, Timur Tengah dan Eropa, mereka meninggalkan mayat-mayat dalam jumlah besar (Menurut data historis, Kekaisaran Mongol bertanggung jawab atas kematian lebih dari 40 juta orang). Mereka mengosongkan penduduk di banyak daerah. Berkurangnya populasi akan menyebabkan sebagian besar wilayah ladang akhirnya kembali menjadi hutan yang menyerap karbondioksida dari atmosfer. Melalui studi yang dipublikasikan dalam The Holosen, Pongratz bersama rekannya, Ken Caldeira, dan rekan lainnya dari Max Planck Institute for Meteorology, Jerman, menyusun model awal penutupan lahan global pada tahun 800 AD.
Pongratz memfokuskan perhatiannya pada empat peristiwa bersejarah yang ia asumsikan bisa mengembalikan hutan setelah depopulasi. Keempat peristiwa itu adalah Black Death di Eropa (akhir abad XIV), jatuhnya Cina Dinasti Ming (paroh terakhir abad XVII), penaklukan Amerika (abad XVI dan XVII) dan invasi Mongol [abad XIII dan XIV].
"Kami menemukan bahwa selama kejadian-kejadian singkat, seperti Black Death dan runtuhnya Dinasti Ming, pertumbuhan kembali hutan tidak cukup untuk mengatasi emisi dari material yang membusuk di dalam tanah," jelas Pongratz. "Tapi, invasi Mongol dan penaklukan Amerika memberikan cukup waktu bagi hutan untuk kembali tumbuh dan menyerap sejumlah besar karbon."
Invasi Mongol memiliki dampak yang paling signifikan. Menurut catatan studi, selama invasi Mongol, pertumbuhan kembali hutan menyerap 700 juta ton karbon dari atmosfer, setara dengan jumlah karbon global per tahun sekarang ini. Pongratz berpendapat bahwa studinya memiliki relevansi dengan krisis iklim dunia saat ini. "Di masa lalu, kita telah memberikan dampak besar pada iklim global dan siklus karbon, tapi itu semua tidak disengaja. Berdasarkan pengetahuan yang kita peroleh dari masa lalu, kita sekarang dalam posisi untuk membuat keputusan penggunaan lahan yang akan mengurangi dampak terhadap iklim dan siklus karbon. Kita tidak bisa mengabaikan pengetahuan yang kita peroleh," katanya.
Jadi, deforestasi global harus dihentikan. Meskipun muncul keprihatinan dan berbagai inisiatif dilakukan selama bertahun-tahun, tetapi jumlah hutan terus menurun pada tingkat yang mengejutkan. Saat ini, sekitar 10% emisi gas rumah kaca dunia disebabkan oleh deforestasi.

No comments :

Post a Comment