2.01.2016

Sejarah Ringkas Terorisme Abad 1-14

Baru-baru ini aktifitas terorisme kembali mengguncang Negara kita tercinta, Indonesia. Menurut Wikipedia, terorisme merupakan serangan-serangan terkoordinasi yang bertujuan membangkitkan perasaan teror terhadap sekelompok masyarakat. Terorisme sendiri bukanlah merupakan suatu hal yang baru, meski baru menjadi sesuatu yang aktual sejak terjadinya peristiwa World Trade Center (WTC) di New York, Amerika Serikat pada tanggal 11 September 2001 yang, dikenal sebagai September Kelabu. Berikut ini sejarah ringkas terorisme di abad-abad kuno.
Abad 1-14 M
Organisasi awal yang dapat dikatakan sebagai sebuah organisasi teroris adalah Zelot Yudea atau oleh orang-orang Romawi disebut sebagai sicarii. Layaknya sebuah organisasi terror, mereka bergerak secara rahasia dan eksplosif. Yang menjadi sasaran mereka adalah pasukan pendudukan Romawi dan setiap orang Yahudi yang mereka percaya bekerja sama dengan orang-orang Romawi. Motif mereka adalah keyakinan tanpa kompromi bahwa mereka tidak bisa tetap setia kepada perintah-perintah agama Yahudi sementara mereka berada di bawah hegemoni Romawi. Akhirnya, gerakan mereka menjadi suatu pemberontakan terbuka yang justru membuat mereka terkepung sehingga mereka melakukan bunuh diri massal di fortifikasi Masada.
Organisasi terror selanjutnya adalah Ismailiyah Nizari. Pemimpin mereka, Hassam-I Sabbah, dikultuskan di pegunungan utara Iran. Kelompok ini menunjukkan karakteristik organisasi teror yang kita kenal sekarang. Mereka menarget para pemimpin musuh. Untuk menghabisi target, mereka menggunakan pembunuh tunggal yang siap mengorbankan nyawanya. Si pembunuh tunggal biasanya mengintai dan membunuh target secara tiba-tiba.
Abad 14-18 M
Pada abad-abad ini kelompok-kelompok terror kurang terdengar gaungnya. Hal ini disebabkan oleh beberapa factor seperti, komunikasi yang sangat terbatas dan penyebab yang bisa menginspirasi terorisme (perpecahan agama, pemberontakan, perselisihan etnis) justru memicu peperangan terbuka. Selain itu, pemerintah waktu itu memiliki sarana yang cukup untuk menegakkan otoritas mereka dan menekan kegiatan-kegiatan makar, seperti terorisme.
Pada abad ini pula Revolusi Perancis melahirkan penggunaan pertama dari kata "Teroris" dan "Terorisme". Penggunaan kata "terorisme" dimulai tahun 1795 mengacu pada Pemerintahan Teror yang diprakarsai oleh pemerintah Revolusioner. Para agen dari Komite Keamanan Publik dan Konvensi Nasional yang memberlakukan kebijakan teror yang disebut sebagai 'Teroris.’ Revolusi Perancis memberikan contoh bagi negara masa depan dalam menindas populasi mereka. Hal ini juga menginspirasi kaum royalis dan lawan-lawan revolusi lainnya untuk mempekerjakan taktik teroris, seperti pembunuhan dan intimidasi dalam melawan agen Revolusioner.
Abad 19 M
Selama akhir abad ke-19, teori politik radikal dan perbaikan dalam teknologi senjata memacu pembentukan kelompok-kelompok kecil revolusioner yang efektif dalam menyerang negara. Kaum anarkis yang mendukung keyakinan “propaganda amal” menghasilkan beberapa keberhasilan mencolok: membunuh kepala negara dari Rusia, Perancis, Spanyol, Italia, dan Amerika Serikat. Namun, kurangnya organisasi dan penolakan untuk bekerja sama dengan gerakan sosial lainnya dalam upaya politik membuat apa yang dilakukan oleh mereka tidak efektif sebagai gerakan politik. Sebaliknya, peran Komunisme sebagai dasar ideologi terorisme politik baru saja dimulai dan menjadi jauh lebih signifikan di abad ke-20.
Kecenderungan lain pada akhir abad ke-19 adalah gelombang meningkatnya nasionalisme di seluruh dunia. Kesadaran akan identitas nasional membuat masyarakat yang ditaklukkan atau dijajah bisa, seperti orang-orang Yahudi di zaman Zelot dengan memilih untuk melakukan perjuangan.
Kelompok teroris periode ini berbeda dalam beberapa hal dengan teroris modern, terutama bahwa mereka akan membatalkan serangan yang dapat membahayakan orang lain. Mereka benar-benar mengincar target. Namun demikian, kita melihat ciri-ciri terorisme di sini untuk pertama kalinya: klandestin, organisasi seluler, ketidaksabaran dan ketidakmampuan mengorganisasi konstituen yang mereka klaim mewakili mereka serta kecenderungan untuk meningkatkan kekerasan sebagai tekanan terhadap kelompok teratas.

No comments :

Post a Comment