Dua ribu tahun sebelum Picasso, seniman di Mesir telah melukis beberapa lukisan paling wow! dalam sejarah seni. Antara tahun 1887 dan 1889, seorang arkeolog Inggris W.M. Flinders Petrie mengalihkan perhatiannya ke Fayum, suatu wilayah oasis seluasluas 150 km yang terletak di sebelah selatan Alexandria. Di sana ia menggali sebuah makam besar dari abad pertama dan kedua sebelum Masehi di mana ketika itu kekaisaran Roma memerintah Mesir. Ia menemukan sejumlah potret indah yang dilukiskan pada panel kayu oleh seniman anonim, masing-masing terkait dengan tubuh mumi.
Gambar tampaknya memungkinkan kita untuk menatap langsung dunia kuno. Tentang potret Fayum, Euphrosyne Doxiadis, seorang seniman sekaligus penulis The Mysterious Fayum Portraits yang tinggal di Athena dan Paris, mengatakan "Potret-potret Fayum memiliki kualitas dan intensitas yang nyaris hidup." Sekarang, hampir 1.000 lukisan Fayum menjadi koleksi di Mesir dan di Louvre. Juga tersimpan di museum Inggris dan Petrie di London, museum Metropolitan dan Brooklyn, Getty di California serta di tempat-tempat lain.
Selama beberapa dekade, potret-potret tersebut dianggap bergaya Mesir oleh sarjana Greco-Roman dan bergaya Greco-Roman oleh orang Mesir. Tapi, mereka sama-sama menghargai karya mengejutkan itu, bahkan mempelajarinya dengan alat-alat teknologi tinggi noninvasif.
Di museum Ny Carlsberg Glyptotek, Kopenhagen, para ilmuwan menggunakan pendaran pencitraan digital untuk menganalisis salah satu potret seorang wanita. Mereka mendokumentasi menggunakan Mesir biru, sebuah tembaga yang mengandung pigmen sintetis, pada sekitar mata, hidung dan mulut mungkin untuk menciptakan shading dan mencampurnya dengan warna merah pada kulit, mungkin untuk meningkatkan ilusi daging.
Gambar tampaknya memungkinkan kita untuk menatap langsung dunia kuno. Tentang potret Fayum, Euphrosyne Doxiadis, seorang seniman sekaligus penulis The Mysterious Fayum Portraits yang tinggal di Athena dan Paris, mengatakan "Potret-potret Fayum memiliki kualitas dan intensitas yang nyaris hidup." Sekarang, hampir 1.000 lukisan Fayum menjadi koleksi di Mesir dan di Louvre. Juga tersimpan di museum Inggris dan Petrie di London, museum Metropolitan dan Brooklyn, Getty di California serta di tempat-tempat lain.
Di museum Ny Carlsberg Glyptotek, Kopenhagen, para ilmuwan menggunakan pendaran pencitraan digital untuk menganalisis salah satu potret seorang wanita. Mereka mendokumentasi menggunakan Mesir biru, sebuah tembaga yang mengandung pigmen sintetis, pada sekitar mata, hidung dan mulut mungkin untuk menciptakan shading dan mencampurnya dengan warna merah pada kulit, mungkin untuk meningkatkan ilusi daging.
No comments:
Post a Comment