Wang Mang mungkin kaisar yang paling kontroversial sepanjang sejarah kekaisaran China. Lahir dari salah satu keluarga bangsawan tertua di negerinya sekitar 45 SM, semula ia mendapati dirinya sebagai seorang cendekiawan, lalu menjadi seorang pertapa dan setelah itu tampil sebagai bupati. Puncaknya, pada tahun 9 AD, ia menduduki tahta kekaisaran China dengan merampas kekuasaan dari kaisar terakhir Dinasti Han.
Setelah Wang Mang menjadi kaisar, ia memproklamirkan dinasti baru, Dinasti Xin, yang menandai akhir kekuasaan Dinasti Han yang telah memerintah sejak tahun 206 SM. 14 tahun pemerintahannya dapat dibagi menjadi dua periode: delapan tahun reformasi dramatis yang diwarnai oleh enam pemberontakan. Pada periode pertama Wang Mang berupaya untuk merombak seluruh sistem pemerintahan kekaisaran. Sementara periode kedua ditandai oleh munculnya pergolakan yang dikenal sebagai Pemberontakan Alis Merah, sebuah upaya yang dilakukan oleh para petani untuk melawan reformasi yang dilakukan Wang Mang sekaligus bentuk kebangkitan Dinasti Han, dan kematian sekitar 25 juta orang.
Tentang reformasi Wang Mang, konon dialah yang menemukan bentuk awal dari pembayaran jaminan sosial, pengumpulan pajak dari orang kaya untuk dipinjamkan kepada orang-orang miskin. Ia memperkenalkan monopoli pemerintah atas produk-produk utama, seperti besi dan garam, dan bertanggung jawab atas kebijakan yang dikenal sebagai Lima Kesamaan, sebuah upaya rumit untuk mengecilkan fluktuasi harga.
Kendati demikian, kebijakan Wang Mang yang paling menonjol adalah reformasi tanah dan perubahan yang ia dibuat untuk uang China. Tentang reformasi tanah, Wang Mang menulis, "Yang kuat memiliki tanah ribuan mu [setiap mu sama dengan seperdelapan hektar], sedangkan yang lemah hanya punya tempat untuk menempatkan jarum." Solusinya adalah menasionalisasi semua tanah, menyita perkebunan dari semua orang yang memiliki tanah lebih dari 100 hektar dan mendistribusikannya kepada mereka yang benar-benar bertani. Sistem yang digunakan disebut ching di mana setiap keluarga menerima sekitar lima hektar dan membayar pajak negara sebanyak 10 persen dari semua tanaman pangan yang mereka tanam.
Sedangkan terhadap uang China, pada awal tahun 6 Masehi, ketika masih menjabat bupati di bawah Kaisar Liu Ying, Wang Mang memerintahkan penarikan koin emas dan menggantinya dengan uang perunggu dengan nilai nominal murni. Dalam hal ini, ia menetapkan uang perunggu bulat bernilai 50 tunai dan uang berbentuk pisau bernilai 500 dan 5000 tunai. Dengan demikian, Wang Mang telah menggantikan mata uang fidusia Dinasti Han yang berstandar emas. Bersamaan dengan itu, Wang Mang menyita ribuan ton logam mulia dan menyimpannya dalam perbendaharaan kekaisaran sehingga stok emas turun sangat drastis. Kebijakan ini pun melahirkan inflasi dan meningkatkan pemalsuan terhadap koin perunggu.
Tanggal 7 Oktober 23 AD, 420.000 tentara kekaisaran Cina benar-benar terkalahkan. Sembilan Jenderal Harimau yang dikirim untuk memimpin 10.000 tentara elit juga telah tersapu ketika pasukan pemberontak mendekat. Pasukan cadangan terakhir yang terdiri dari narapidana―yang sengaja dibebaskan dari penjara―pun memilih untuk melarikan diri. Tiga hari sebelumnya, pemberontak berhasil membobol pertahanan Chang'an (Xi'an), ibukota China, melalui beberapa pertempuran berdarah.
Selama masa kekuasannya, Wang Mang telah mendorong dirinya untuk menjaga jadwal yang ketat. Bekerja siang malam dan tak jarang tertidur di meja kerjanya saat bekerja keras untuk mengubah China. Tetapi, ketika para pemberontak mendapatkan kekuatan mereka, Wang Mang tampaknya dihinggapi keputusasaan. Tentang hal ini, Rob Tye, seorang numismatist yang mempelajarai pemerintahan Wang Mang, menulis, “Terus terang, penilaian saya sendiri adalah bahwa ia tertangkap basah menggunakan narkotika selama sebagian besar periode. Mengetahui semuanya hilang, ia memilih untuk melarikan diri dari kenyataan, menghabiskan minggu-minggu terakhir dengan beberapa kesenangan.”
Ketika para pemberontak memasuki istananya, Wang Mang berada di harem kekaisaran, ia dikelilingi oleh para wanita dan pelayannya. Rambut putihnya dicat agar terlihat tenang dan awet muda. Para pejabat yang juga putus asa membujuknya untuk beistirahat bersama mereka ke menara tinggi yang dikelilingi oleh air di pusat ibukota. Di sana, ribuan loyalis berdiri, menjadi tameng untuk terakhir kalinya, sebelum pasukan pemberontak membuat Wang Mang mundur selangkah demi selangkah sampai akhirnya terpojok di lantai tertinggi. Para pemberontak kemudian memenggal kepala Wang Mang, menerkam tubuhnya, memotong dan memakan lidahnya.
Sampai akhir hayatnya, Wang Mang menolak untuk melepaskan logam mulia dari perbendaharaannya. Setelah digulingkan, dalam kotak penyimpanan ditemukan 333.000 pon emas.
Pada tahun 1928, Hu Shih, seorang sarjana terkenal saat itu dan duta besar China untuk Amerika Serikat, mempublikasikan sebuah studi. Dalam pandangannya, Dinasti Han pantas mendapat kecaman karena telah memproduksi sebuah garis panjang degenerasi keturunan, sementara Wang Mang hidup sederhana, berpikir mendalam dan orang pertama yang memenangkan kekaisaran tanpa revolusi bersenjata. Berdasarkan kebijakan nasionalisasi tanah, pemerataan tanah dan pemotongan pajak, Hu Shih mengatakan bahwa Wang Mang adalah seorang komunis.
Penggambaran Hu Shih tentang Wang Mang tersebut menuai perdebatan. Beberapa sejarawan, yang dipimpin oleh Bielenstein, menunjukkan bahwa bencana Sungai Kuning yang terjadi saat Wang Mang masih menjadi bupati telah melahirkan kelaparan, kekeringan dan banjir. Ini berarti Wang Mang lebih menghabiskan seluruh pemerintahannya untuk memerangi pasukan yang mungkin tak bisa ia kendalikan. Bielenstein juga mengatakan bahwa Wang Mang bukanlah seorang komunis, melainkan Konfusianis. Sementara itu, Clyde Sargent, yang menerjemahkan Sejarah Dinasti Han, mengakui modernitas mengejutkan dan ide-ide Wang Mang. Ia menambahkan bahwa ada bukti yang cukup untuk membuktikan bahwa Wang Mang adalah seorang revolusioner. Pendapat lain disampaikan oleh Homer Dubs, penulis catatan standar kebijakan ekonomi Wang Mang. Ia mengatakan bahwa koin baru diterbitkan oleh Wang Mang adalah imitasi tradisi kuno di mana pada periode Perang Negara juga beredar dua denominasi koin perunggu. Memang, kebijakan moneter Wang Mang dapat dilihat sebagai praktek Konghucu karena prinsip kardinal Konfusian merupakan imitasi dari orang-orang bijak kuno. Dubs juga menunjukkan bahwa pinjaman dibuat disediakan Wang Mang untuk orang miskin dikenakan tingkat bunga yang tinggi, sebesar 3 persen per bulan. Dalam penghapusan perbudakan dan pembatasan kepemilikan tanah, tidak diragukan lagi jika Wang Mang mengenakan suatu ukuran yang seharusnya menguntungkan masyarakat, tetapi reformasi ini dicabut dalam waktu dua tahun.
Menurut Dubs, apa yang dilakukan Wang Mang tidak ada yang asli atau benar-benar revolusioner. Bahkan, reformasi tanah merupakan produk dari tradisi Konfusian yang umum dilaksanakan pada masa Dinasti Zhou [1045-256 SM]. Lima hektar yang diberikan Wang Mang kepada keluarga petani itu pun terlalu kecil untuk membuat peternakan praktis. Padahal, menurut sejarawan kontemporer kekaisaran Ban Gu, 10 atau 15 hektar adalah jumlah minimum yang diperlukan untuk mendukung suatu keluarga.
Walau bagaimana pun, Wang Mang memicu perang sipil yang berakhir dengan penghancuran sebagian besar kerajaan dan dirinya. Karena itu, sejarawan Clyde Sargent menekankan, “Ia secara tradisional telah dianggap sebagai salah satu tiran terbesar dan lalim dalam sejarah Cina” Tidak ada catatan resmi pemerintahannya yang memandang kebijakannya sebagai sesuatu yang dibenarkan atau positif. Semua tentang Wang Mang terkandung dalam biografi resminya, yang muncul sebagai Bab 99 dalam Sejarah Dinasti Han yang disusun sesaat sebelum 100 AD, tetapi pada dasarnya sangat menentang kaisar perampas itu.
Setelah Wang Mang menjadi kaisar, ia memproklamirkan dinasti baru, Dinasti Xin, yang menandai akhir kekuasaan Dinasti Han yang telah memerintah sejak tahun 206 SM. 14 tahun pemerintahannya dapat dibagi menjadi dua periode: delapan tahun reformasi dramatis yang diwarnai oleh enam pemberontakan. Pada periode pertama Wang Mang berupaya untuk merombak seluruh sistem pemerintahan kekaisaran. Sementara periode kedua ditandai oleh munculnya pergolakan yang dikenal sebagai Pemberontakan Alis Merah, sebuah upaya yang dilakukan oleh para petani untuk melawan reformasi yang dilakukan Wang Mang sekaligus bentuk kebangkitan Dinasti Han, dan kematian sekitar 25 juta orang.
Tentang reformasi Wang Mang, konon dialah yang menemukan bentuk awal dari pembayaran jaminan sosial, pengumpulan pajak dari orang kaya untuk dipinjamkan kepada orang-orang miskin. Ia memperkenalkan monopoli pemerintah atas produk-produk utama, seperti besi dan garam, dan bertanggung jawab atas kebijakan yang dikenal sebagai Lima Kesamaan, sebuah upaya rumit untuk mengecilkan fluktuasi harga.
Kendati demikian, kebijakan Wang Mang yang paling menonjol adalah reformasi tanah dan perubahan yang ia dibuat untuk uang China. Tentang reformasi tanah, Wang Mang menulis, "Yang kuat memiliki tanah ribuan mu [setiap mu sama dengan seperdelapan hektar], sedangkan yang lemah hanya punya tempat untuk menempatkan jarum." Solusinya adalah menasionalisasi semua tanah, menyita perkebunan dari semua orang yang memiliki tanah lebih dari 100 hektar dan mendistribusikannya kepada mereka yang benar-benar bertani. Sistem yang digunakan disebut ching di mana setiap keluarga menerima sekitar lima hektar dan membayar pajak negara sebanyak 10 persen dari semua tanaman pangan yang mereka tanam.
Tanggal 7 Oktober 23 AD, 420.000 tentara kekaisaran Cina benar-benar terkalahkan. Sembilan Jenderal Harimau yang dikirim untuk memimpin 10.000 tentara elit juga telah tersapu ketika pasukan pemberontak mendekat. Pasukan cadangan terakhir yang terdiri dari narapidana―yang sengaja dibebaskan dari penjara―pun memilih untuk melarikan diri. Tiga hari sebelumnya, pemberontak berhasil membobol pertahanan Chang'an (Xi'an), ibukota China, melalui beberapa pertempuran berdarah.
Ketika para pemberontak memasuki istananya, Wang Mang berada di harem kekaisaran, ia dikelilingi oleh para wanita dan pelayannya. Rambut putihnya dicat agar terlihat tenang dan awet muda. Para pejabat yang juga putus asa membujuknya untuk beistirahat bersama mereka ke menara tinggi yang dikelilingi oleh air di pusat ibukota. Di sana, ribuan loyalis berdiri, menjadi tameng untuk terakhir kalinya, sebelum pasukan pemberontak membuat Wang Mang mundur selangkah demi selangkah sampai akhirnya terpojok di lantai tertinggi. Para pemberontak kemudian memenggal kepala Wang Mang, menerkam tubuhnya, memotong dan memakan lidahnya.
Sampai akhir hayatnya, Wang Mang menolak untuk melepaskan logam mulia dari perbendaharaannya. Setelah digulingkan, dalam kotak penyimpanan ditemukan 333.000 pon emas.
Pada tahun 1928, Hu Shih, seorang sarjana terkenal saat itu dan duta besar China untuk Amerika Serikat, mempublikasikan sebuah studi. Dalam pandangannya, Dinasti Han pantas mendapat kecaman karena telah memproduksi sebuah garis panjang degenerasi keturunan, sementara Wang Mang hidup sederhana, berpikir mendalam dan orang pertama yang memenangkan kekaisaran tanpa revolusi bersenjata. Berdasarkan kebijakan nasionalisasi tanah, pemerataan tanah dan pemotongan pajak, Hu Shih mengatakan bahwa Wang Mang adalah seorang komunis.
Penggambaran Hu Shih tentang Wang Mang tersebut menuai perdebatan. Beberapa sejarawan, yang dipimpin oleh Bielenstein, menunjukkan bahwa bencana Sungai Kuning yang terjadi saat Wang Mang masih menjadi bupati telah melahirkan kelaparan, kekeringan dan banjir. Ini berarti Wang Mang lebih menghabiskan seluruh pemerintahannya untuk memerangi pasukan yang mungkin tak bisa ia kendalikan. Bielenstein juga mengatakan bahwa Wang Mang bukanlah seorang komunis, melainkan Konfusianis. Sementara itu, Clyde Sargent, yang menerjemahkan Sejarah Dinasti Han, mengakui modernitas mengejutkan dan ide-ide Wang Mang. Ia menambahkan bahwa ada bukti yang cukup untuk membuktikan bahwa Wang Mang adalah seorang revolusioner. Pendapat lain disampaikan oleh Homer Dubs, penulis catatan standar kebijakan ekonomi Wang Mang. Ia mengatakan bahwa koin baru diterbitkan oleh Wang Mang adalah imitasi tradisi kuno di mana pada periode Perang Negara juga beredar dua denominasi koin perunggu. Memang, kebijakan moneter Wang Mang dapat dilihat sebagai praktek Konghucu karena prinsip kardinal Konfusian merupakan imitasi dari orang-orang bijak kuno. Dubs juga menunjukkan bahwa pinjaman dibuat disediakan Wang Mang untuk orang miskin dikenakan tingkat bunga yang tinggi, sebesar 3 persen per bulan. Dalam penghapusan perbudakan dan pembatasan kepemilikan tanah, tidak diragukan lagi jika Wang Mang mengenakan suatu ukuran yang seharusnya menguntungkan masyarakat, tetapi reformasi ini dicabut dalam waktu dua tahun.
Menurut Dubs, apa yang dilakukan Wang Mang tidak ada yang asli atau benar-benar revolusioner. Bahkan, reformasi tanah merupakan produk dari tradisi Konfusian yang umum dilaksanakan pada masa Dinasti Zhou [1045-256 SM]. Lima hektar yang diberikan Wang Mang kepada keluarga petani itu pun terlalu kecil untuk membuat peternakan praktis. Padahal, menurut sejarawan kontemporer kekaisaran Ban Gu, 10 atau 15 hektar adalah jumlah minimum yang diperlukan untuk mendukung suatu keluarga.
Walau bagaimana pun, Wang Mang memicu perang sipil yang berakhir dengan penghancuran sebagian besar kerajaan dan dirinya. Karena itu, sejarawan Clyde Sargent menekankan, “Ia secara tradisional telah dianggap sebagai salah satu tiran terbesar dan lalim dalam sejarah Cina” Tidak ada catatan resmi pemerintahannya yang memandang kebijakannya sebagai sesuatu yang dibenarkan atau positif. Semua tentang Wang Mang terkandung dalam biografi resminya, yang muncul sebagai Bab 99 dalam Sejarah Dinasti Han yang disusun sesaat sebelum 100 AD, tetapi pada dasarnya sangat menentang kaisar perampas itu.
Terima kasih atas informasi tentang Pemberontakan Alis Merah. :)
ReplyDelete