Dalam pertempuran, kepala menjadi salah satu sasaran serangan yang paling mematikan. Tengkorak cukup lemah dan otak merupakan organ vital. Oleh karena itu, helm menjadi sebuah pilihan untuk melindungi kepala. Helm juga dapat melindungi wajah, pelipis dan leher dari serangan pedang, tombak, panah ataupun senjata api.
Bukti awal yang terkait dengan helm militer berupa helm perunggu peninggalan bangsa Sumeria yang ditemukan pemakaman kerajaan Ur. Helm tersebut diduga berasal dari milenium ke-3 SM. Helm-helm militer klasik kebanyakan memiliki ambin yang biasanya terbuat dari perunggu atau besi dan didekorasi dengan moti-motif tertentu, seperti figur dewa. Oleh karena itu, selain sebagai pelindung, helm militer pada masa klasik jugamenjadi benda seni. Umumnya, helm-helm tersebut berbentuk kerucut, meski ada pula yang berbentuk bulat telur seperti yang ditemukan di Kushan. Ketika teknologi dan taktik tempur mengalami perkembangan, desain helm pun berubah. Helm Yunani dan Romawi yang terbuat dari logam didesain menutupi wajah dan dilengkapi dengan visor untuk melihat. Fungsinya, untuk melindungi hidung, pipi dan kedua pelipis, namun tetap memberikan visibilitas pada pemakainya selama pertempuran.
Pada sekitar abad ke-11 dan 12, helm militer benar-benar terbuat dari besi atau baja dan menutupi seluruh kepala dan sebagian leher. Helm para prajurit salib diciptakan pada awal abad ke-12 dan menjadi jenis helm yang paling populer selama 300 tahun ke depan. Helm atau heaume ini memiliki bagian atas yang datar dan dikenakan di atas kopiah atau rantai penutup kepala. Helm bulat bisa menangkis pukulan ke kepala dengan lebih mudah.
Akhirnya, munculnya basinet memberikan lebih banyak fitur, seperti kedok yang bisa digerakkan dan memberikan perlindungan lebih pada leher.
|
Tricorne |
|
Bicorne |
|
Shako |
|
Kepi |
Sepanjang abad ke-18 dan ke-19, ketika senjata api telah digunakan secara luas, helm justru menjadi barang usang sebagaimana besi dan baja pelindung tubuh. Dalam pertempuran, tentara hanya mengenakan kain sehingga menjadi lebih ringan dan lebih cepat. Pada masa ini, tutup kepala militer seakan menjadi ekspresi fashion di mana para penembak dan prajurit kavaleri menyukai topi lembut yang umumnya bertepi lebar. Pada masa ini pula dikenal topi-topi militer tricorne, bicorne, shako dan kepi.
|
Rancangan Adrian |
Di awal Perang Dunia I, para prajurit negara kombatan hanya mengenakan topi kain sederhana yang hampir tak memberikan perlindungan. Sejumlah besar luka kepala yang mematikan kemudian membuat Perancis memproduksi helm baja modern pertama pada musim panas tahun 1915. Helm tersebut berbentuk mangkuk yang dikenakan di bawah topi kain. Namun, helm tersebut segera digantikan oleh helm yang dirancang pada bulan Agustus 1915 oleh Louis Adrian. Ide ini kemudian diadopsi oleh Negara-negara kombatan lainnya.
|
Helm Brodie |
Bersamaan dengan itu, Kantor Perang Inggris juga melihat kebutuhan akan helm baja. Kantor Departemen Penemuan Perang diminta untuk mengevaluasi desain Perancis, tetapi mereka memutuskan bahwa itu tidak cukup kuat dan terlalu kompleks untuk diproduksi secara cepat. Sebuah desain kemudian dipatenkan pada tahun 1915 oleh John L. Brodie yang menawarkan keunggulan dibandingkan desain Perancis. Desain Brodie mirip topi ketel infanteri atau kapel-de-fer pada abad pertengahan. Bagian atas helm melingkar dangkal dengan pinggiran yang lebar, memiliki liner kulit dan tali dagu yang juga terbuat dari kulit.
*Tahukah Anda, ketika Amerika Serikat memasuki Perang Dunia I pada tahun 1917, para prajuritnya tidak dibekali helm.
Selama Perang Dunia II, Amerika Serikat merancang dan menstandarkan helm M-1 pada bulan Juni 1941. M-1 adalah helm dua potong dengan sebuah liner dalam untuk menahan suspensi kain dan rangka baja keras di bagian luar untuk menutupinya. Helm ini menjadi simbol tentara Amerika dan tetap digunakan dalam perang Korea dan Vietnam.
Related Posts :
Militer
No comments :
Post a Comment