10.28.2012

Menyusuri Sisa-sisa Kota Harappa

Harappa adalah sebuah kota besar yang terletak di Punjab. Kota ini diduga mencapai puncaknya antara 2500 SM dan 2000 SM. Harappa diakui sebagai situs arkeologi pada tahun 1826, tetapi penelitiannya harus menunggu selama hampir satu abad ketika, antara tahun 1920 dan 1921, Rai Bahadur Daya Ram Sahni dari Survei Arkeologi India mulai menjelajahi situs. M.S. Vats melanjutkan pekerjaannya selama masa sebelum awal Perang Dunia II dan setelah perang, Sir Mortimer Wheeler menggali pada tahun 1946. Setelah sekian lama tak ada penelitian, George Dales memulai penggalian lagi pada tahun 1986.
Kota Harappa berada di sepanjang Sungai Indus selama lebih dari 3000 tahun. Harappa dan Mohenjo Daro adalah prestasi terbesar peradaban lembah Indus. Kota-kota yang terkenal karena tata letak yang mengesankan, terorganisir dan teratur. Secara ekonomi, penduduknya sudah melakukan kegiatan perdagangan dengan cara barter ataupun menggunakan koin perunggu sebagaimana ditemukan di situs tersebut selama penggalian. Perdagangan dengan Mesopotamia berlangsung melalui jalan darat dan sungai.
Ditilik dari peralatannya, penduduk Harappa menggunakan pahat, kapak, dan gergaji. Gergaji yang mereka gunakan memiliki gelombang (gerigi). Alat-alat tersebut kemungkinan besar terbuat dari tembaga karena di situs juga ditemukan alat dan senjata tembaga.
Sejauh ini, artefak yang paling indah dan misterius adalah segel steatit yang diukir dengan motif manusia atau hewan. Sejumlah besar segel yang ditemukan di Mohenjo-daro umumnya dianggap sebagai jenis script. Tetapi, segel yang ditemukan di situs Harappa belum terpecahkan meskipun sudah dilakukan upaya filolog dan analisis kriptografi modern. Belum diketahui apakah itu mencerminkan protoDravida, protoSramanic (Jain), nonVedic (nonHindu atau nonBrahmnic) atau mungkin berkaitan dengan naskah Brahmi.
Setiap kota di Lembah Indus dikelilingi oleh dinding masif dan gerbang. Dinding dibangun untuk mengontrol perdagangan dan mencegah banjir. Setiap bagian dari kota itu terdiri dari bagian yang berdinding. Rumah dan bangunan lainnya terbuat dari bata lumpur yang dikeraskan denga cara dijemur atau dibakar. Setiap rumah memiliki dapur indoor dan outdoor. Dapur outdoor akan digunakan ketika hari sedang panas sehingga tungku tidak akan memanaskan rumah, sedangkan dapur indoor digunakan ketika hari sedang dingin. Sampai sekarang, rumah-rumah di daerah ini, misalnya di Kachchh, memiliki dua dapur (outdoor dan indoor).
Tentang keruntuhan kota ini, ada yang mengatakan akibat kedatangan bangsa Arya. Ada pula yang mengatakan akibat banjir periodik. Kemungkinan banjir periodiklah yang menyebabkan penurunan tersebut.
referensi

No comments :

Post a Comment