10.26.2012

Gladiatrix Zaman Romawi Kuno

Tampilnya perempuan di ajang olahraga profesional bukanlah fenomena baru. Perempuan bahkan pernah berkompetisi di arena gladiator, meskipun ada kontroversi. Hal ini terjadi pada masa pemerintahan kaisar Romawi, Septimius Severus (193-211 M), tetapi kemudian dilarang pada 200 M.
Kemunculan gladiator perempuan (gladiatrix) tersebut dapat diketahui dari kerangka seorang perempuan berusia sekitar 20 tahun yang ditemukan di sebuah kuburan Romawi di daerah London yang dikenal sebagai Southwark dan digali pada tahun 1996. Bersama kerangka juga ditemukan beberapa artefak yang dapat mengidentifikasi dirinya sebagai seorang gladiatrix. Artefak itu berupa pinggan bergambar adegan gladiator yang tumbang, potongan keramik dengan gambar serupa dan simbol-simbol gladiator.
Sementara tiga dari delapan lampu yang juga ditemukan dalam kuburan itu dihiasi dengan Dewa Anubis yang terkait dengan Dewa Merkuri. Asosiasi ini penting mengingat pada masa Romawi budak-budak yang berpakaian seperti Dewa Merkuri membawa keluar mayat-mayat dari arena. Dewa Merkuri dan Dewa Hermes, secara tradisional dianggap sebagai pembawa roh manusia ke akhirat.
Kerangka seorang perempuan besar dan kekar yang kemungkinan menjadi gladiatrix selama masa pendudukan Romawi di Inggris juga ditemukan pada 2010 di Credenhill, Herefordshire. Perempuan itu dikuburkan dalam sebuah peti kayu dengan tali besi dan lajur tembaga.
Bukti lain tentang keberadaan gladiatrix dapat dilihat pula pada sebuah relief yang ditemukan di Halicarnassus (sekarang tersimpan di Britis Museum). Pada relief tersebut ditunjukkan sepasang gladiatrix yang sedang bertempur.
Akhirnya, patung perunggu berusia 2000 tahun di Museum Hamburg kian memperkuat dugaan tentang gladiatrix. Patung tersebut menunjukkan seorang perempuan topless yang hanya mengenakan cawat dengan tangan mengacungkan sica, sebuah pedang pendek yang digunakan gladiator. Dari sikapnya, tampak bahwa ia seolah ingin memberi hormat kepada khalayak.
Asal-usul Gladiator
Sebagaimana layaknya even olahraga dalam budaya kuno, gladiator Romawi awalnya merupakan sebuah pertunjukan yang menjadi bagian dari acara keagamaan. Bangsa Romawi menyatakan bahwa gladiator diadopsi dari Etruria, tetapi hanya ada sedikit bukti yang mendukung hal ini.
Sejarawan Romawi, Livy, menulis bahwa permainan gladiatorial pertama kali diselenggarakan pada 310 SM oleh Campanians yang dimaksudkan untuk memeragakan keberhasilan militer Campanians mengalahkan Samnites di mana mereka dibantu oleh orang-orang Romawi. Sementara bangsa Romawi, melalui Marcus dan Decimus Brutus, mengadakannya untuk pertama kalinya di Romawi pada 246 SM untuk menghormati ayah mereka, Junius Brutus, sebagai munus atau hadiah pemakaman bagi orang mati. Di dalamnya ditunjukkan pertempuran tiga pasang budak di Forum Boarium (pasar ternak).
Dari asal-usul keagamaan, permainan tersebut kemudian berkembang menjadi simbol budaya Romawi dan menjadi bagian integral dari budaya yang berlangsung selama hampir tujuh abad. Akhirnya permainan gladiator mencapai puncaknya, baik dari segi jumlah kombatan maupun tempat-tempat penyelengaraannya yang monumental. Misalnya, pada 183 SM diselenggarakan permainan gladiator yang menampilkan 60 duel. Lalu, pada 65 SM, Julius Caesar mengadu 320 pasang gladiator dalam sebuah amfiteater kayu yang dibangun khusus untuk acara tersebut. Pada titik ini, permainan gladiator berkembang di luar acara-acara keagamaan, mengambil kedua elemen politik dan ludis di Roma.
referensi: 1 2 3

No comments :

Post a Comment